KALBARNEWS.CO.ID (JAKARTA) - Permasalahan narkoba di Indonesia menjadi ancaman dan tantangan yang sangat serius dan perlu dukungan dari berbagai pihak pemangku kepentingan.
Upaya
komprehensif perlu dilakukan melalui kerjasama aktif dengan semua stakeholders
di dalam negeri dan negara-negara lain
khususnya di kawasan ASEAN dalam rangka pencegahan dan pemberantasan peredaran
gelap narkoba.
Direktorat
Kerjasama BNN RI menggelar persiapan
"The 9th ASEAN Drug Monitoring Network (ADMN) Meeting" yang
dilaksanakan di Hotel Santika, Jakarta Timur dan dihadiri instansi pemangku
kepentingan di bidang narkoba dan perwakilan negara lain, (23/9).
Deputi Hukum
dan Kerjasama BNN RI Drs Puji Sarwono berkenan membuka kegiatan tersebut dan
dalam sambutannya menjelaskan bahwa The
9th ASEAN Drug Monitoring Network Meeting merupakan pertemuan tingkat teknis
antar negara-negara di kawasan ASEAN yang membahas pertukaran data dan informasi tentang narkoba
serta pengembangkan program yang telah dilaksanakan.
"Pembahasan
Supply and Demand" juga dibahas
dalam kegiatan ini." kata Drs. Puji Sarwono.
Dalam
pertemuan tersebut tampak hadir Direktur Kerjasama Drs. Achmad Djatmiko, M.Si
dan Kapuslitdatin BNN RI Drs. Agus Irianto, S.H., M.Si., M.H. bersama dengan
undangan dari berbagai unsur dan juga dihadiri negara lain melalui layanan
virtual.
Dalam
paparannya, Kapuslitdatin BNN RI
mengungkapkan bahwa situasi di Indonesia saat ini sudah darurat narkoba.
Oleh sebab itu kita butuh informasi dan data yang lengkap dan up to date untuk
mengungkap jaringan narkoba yang berada di Indonesia maupun negara lainnya.
Diharapkan
dengan adanya kegiatan The 9th ADMN Meeting
ini kita bisa saling tukar menukar informasi terkait jaringan
narkoba yang ada di negara kita masing-
masing.
Disampaikan
pula bahwa dalam melakukan proses transaksi keuangan di Indonesia, diwajibkan untuk menggunakan mata uang rupiah agar bisa di
awasi oleh Otorita Jasa Keuangan (OJK).
"Bila
ditemukan transaksi yang tidak wajar akan diusut oleh BNN RI dan OJK, apakah itu hasil kejahatan narkotika
atau bukan.
Makanya kita
harus bener - benar mengawasi data tersebut dengan tepat dan benar,"
ungkap Kapuslitdatin dalam paparannya.
Direktur
Kerjasama BNN RI, Drs. Achmad Djatmiko, M.Si
yang diberikan kesempatan untuk memberikan paparan tentang "Supply and Demand" menjelaskan
bahwa narkoba di Indonesia banyak disuplai dari negara-negara di wilayah Timur
Tengah, Eropa, negara di kawasan "Golden Triangle", China dan India.
Sekitar
delapan puluh persen penyelundupan narkoba di Indonesia masuk melalui jalur
laut dan udara.
Berbagai
modus operandi juga digunakan untuk mengelabui petugas dalam penyelundupan
narkoba ke Indonesia. Hal ini diperparah dengan adanya perkembangan narkotika
jenis baru New Pshycoactive Substances
(NPS) yang belum terdaftar dalam
regulasi.
Menurut data
yang dimiliki BNN RI, terdapat 892 jenis
NPS di dunia. Yang beredar di Indonesia berjumlah 78 jenis, namun baru 74 jenis
yang masuk dalam regulasi di lembaran negara tentang jenis narkoba yang
dilarang di Indonesia.
Narkoba
sangat berbahaya dan merupakan silent killer
yang merusak manusia terutama fungsi otak, fisik dan mental. Peredaran narkoba
saat ini tidak hanya menyasar pada orang dewasa dan remaja
bahkan anak-anak pun sekarang sudah menjadi target dari "market" bandar dan pengedar
narkoba.
Oleh karena itu,
untuk mengurangi kejahatan narkoba di Indonesia, maka demand yang ada harus
dihentikan sehingga supply yang ada akan berkurang dengan sendirinya.
Salah satu
upaya yang dilakukan BNN RI adalah dengan
melaksanakan program kegiatan rehabilitasi, desa bersih narkoba,
penguatan ketahanan keluarga, kampanye media sosial dan merangkul banyak
stakeholder. untuk menggalakkan Kampanye Anti Narkoba.
Acara inti
kegiatan "The 9th ADMN
Meeting" akan dilaksanakan pada hari kamis esok yang akan dilaksanakan secara virtual dengan menghadirkan perwakilan Badan Anti Narkotika dari
negara-negara di kawasan ASEAN.
"Dengan
adanya pertemuan The 9th ADMN Meeting
ini diharapkan dapat memperkuat kerjasama antar negara ASEAN, khususnya
dalam hal pertukaran Informasi dan data sehingga diharapkan mampu mengurangi
peredaran gelap narkoba di wilayah ASEAN dan wilayah NKRI pada khususnya," pungkas Achmad Jatmiko
menutup paparannya (HannyBNN) Sumber: Biro Humas dan Protokol BNN RI #hidup100persen.
Editor : Aan