Adopsi Sertifikasi RSPO, Tumbuh Menjadi 21 Negara Di Tahun 2021, mewakili 4,5 juta hektar Perkebunan Kelapa Sawit

Editor: Redaksi author photo

Adopsi Sertifikasi RSPO, Tumbuh Menjadi 21 Negara Di Tahun 2021
KALBARNEWS.CO.ID (KUALA LUMPUR) -- Pemangku kepentingan utama rantai nilai minyak sawit global berkumpul di Pertemuan Tahunan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RT2022), pertemuan fisik pertama yang dilakukan sejak awal pandemi Covid-19. Tema RT2022 kali ini adalah "Meningkatkan Rantai Nilai Kelapa Sawit Berkelanjutan Melalui Aksi Bersama". RT2022 diikuti oleh hampir seribu peserta, yang mewakili sektor-sektor utama di seluruh rantai nilai kelapa sawit, untuk berdiskusi lebih lanjut upaya-upaya memitigasi dampak perubahan iklim. Selasa (29 November 2022).

Pada kesempatan ini, RSPO meluncurkan Laporan Dampak terbarunya (2022), menyoroti dampak utama organisasi di berbagai indikator keberlanjutan. Laporan baru ini memperkenalkan Kerangka Kerja Dampak RSPO yang diselaraskan dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (SDGs), yang dikodifikasikan ke dalam tujuh tema dampak: menghormati hak asasi manusia, pelibatan pekebun swadaya, perlindungan lingkungan, pencegahan kebakaran, membatasi perubahan iklim, memajukan sertifikasi dan pasar transformasi.


Laporan Dampak ini mengungkapkan beberapa pencapaian penting selama hampir dua dekade terakhir sejak RSPO didirikan, termasuk peningkatan luasan area yang sudah bersertifikat menjadi 4,5 juta hektar yang tersebar di 21 negara, dimana 301.020 hektar di antaranya telah dilestarikan dan dilindungi sebagai Kawasan High Conservation Value (HCV) melalui sertifikasi RSPO. 


Dalam hal hak asasi manusia, diperkirakan setengah juta pekerja perkebunan dan pabrik di seluruh dunia terwakili di bawah Prinsip dan Kriteria (P&C) RSPO melalui sertifikasi. Emisi gas rumah kaca yang telah dicegah sejak 2015 setara dengan hampir 400.000 mobil yang dikendarai setiap tahunnya. Kelompok pekebun swadaya yang terdiri dari hampir 5.000 petani di Sierra Leone menjadi Kelompok Pekebun Swadaya Mandiri pertama yang memperoleh sertifikasi di Afrika, salah satu negara terdepan dalam produksi minyak sawit.


Dalam sambutannya, Chief Executive Officer RSPO, Joseph D'Cruz, mengatakan, "Keberlanjutan adalah sebuah perjalanan, dan bersama dengan tim saya dan semua anggota kami, RSPO akan terus merintis jalan bagi sektor kelapa sawit untuk menunjukkan bagaimana produksi kelapa sawit dan penggunaannya dapat menjadi kontributor penting untuk komitmen net zero; untuk mengangkat peran produksi kelapa sawit dalam memberikan kehidupan yang layak, bermartabat, dan kemakmuran bagi jutaan keluarga pedesaan di seluruh dunia berkembang; untuk menunjukkan bagaimana perkebunan kelapa sawit regeneratif yang dikelola dengan baik dapat menjadi kontributor penting bagi konservasi spesies dan keanekaragaman hayati."


Anne Rosenbarger dan Dato´Carl Bek-Nielsen, Ketua Bersama Dewan Gubernur RSPO, bersama-sama menyerukan tindakan terpadu untuk memaksimalkan potensi sektor ini guna mengubah rantai nilai minyak sawit secara berkelanjutan. "Pada saat komunitas global menuntut solusi nyata untuk menyelamatkan planet kita yang semakin memanas, RSPO dapat berperan aktif dalam mempercepat dampak positif dari pembangunan berkelanjutan. Anggota RSPO menjunjung tinggi komitmen tanggung jawab bersama mengacu pada tindakan kolektif semua pemangku kepentingan, terlepas dari posisi mereka dalam rantai nilai."


Para anggota berpendapat bahwa RSPO juga harus menarik minat yang lebih besar dari pasar konsumen prioritas seperti Indonesia, India, Malaysia dan China, untuk memilih dan menggunakan produk minyak sawit berkelanjutan dan untuk bergabung dengan inisiatif bersama agar RSPO memiliki dampak transformatif pada pasokan dan permintaan global akan minyak sawit berkelanjutan .(Tim liputan)

Editor : Aan

 

Share:
Komentar

Berita Terkini