![]() |
Dosen PIAUD FTIK IAIN Pontianak Ini Kembali Torehkan Prestasi Membanggakan |
Ia berhasil
mempertahankan disertasinya yang berjudul “Habitus Muslim Melayu Perkotaaan Di
Pontianak: Perubahan Praktik Beragama dan Pengasuhan dalam Pendidikan Islam
Anak Usia Dini”.
Dihadapan
tim penguji yang terdiri dari Dr. Amanah Nurish, MA, Prof. Dr. Hj. Erni
Munastiwi, MM, Dr. Suhadi, S.Ag., MA. Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si. serta
didampingi dua orang promotor yakni Prof. Dr. H. Sangkot Sirait, M.Ag dan Zulkipli
Lessy, M.Ag., M.S.W., Ph.D.
Dalam
paparannya, Hamzah menyatakan bahwa disertasinya ini dilatarbelakangi oleh
fakta praktik pengasuhan yang telah bergeser atau berubah. Hal itu terjadi
sebab para muslim Melayu perkotaan menurunkan kesadaran tentang kelas sosial
dan corak ekspresi beragama mereka ke dalam praktik pengasuhan.
Menurutnya,
Perubahan praktik pengasuhan tersebut diketahui ketika membandingkan praktik
pengasuhan muslim Melayu perkotaan sebelumnya dengan praktik pengasuhan muslim
Melayu perkotaan saat ini. Perbedaannya dapat dilihat dari rumusan tujuan,
metode, dan materi pengasuhan. Sehingga kemudian riset ini bertujuan untuk
meneliti praktik pengasuhan orang tua muslim Melayu perkotaan.
Ia
menyimpulkan bahwa pertama, habitus muslim Melayu perkotaan kelas menengah
dapat dicermati dari perilaku dan pilihan merekaterhadap selera atau gaya
hidup. Muslim Melayu perkotaan kelas menengah juga tercermin dalam ekspresi
keberagamaan yang dikelompokkan menjadi corak moderat-tradisional, moderat-modern,
dan islamis-puritan.
Kedua,
praktik pengasuhan muslim Melayu perkotaan kelas menengah dapat
digambarkansebagai berikut :
a) Berkaitan
dengan tipe pola asuh, orangtua kelompok moderat-tradisional dan
islamis-puritan lebih dominan melakukan pola asuh otoriter, sementara orangtua
kelompok moderat-modern menggunakan polaasuh otoritatif.
b) Terdapat
tiga komponen, yaitu tujuan, materi, dan metode pengasuhan, yang dipahami
sebagai tindakan.
Adapun
tindakan tersebut dilakukan berdasarkan kesadaran kelas sosial, alat perjuangan
kelas, Tindakan penegasan identitas sosial, tindakan melakukan upaya dominasi
simbolis, praktik distingsi sosial, dan alat mekanisme bertahan.
“Dengan
demikian, telah terjadi perubahan dalam orientasi dan makna pengasuhan,”
Ujarnya yang juga merupakan Ketua Umum Pengurus Pusat Pendidikan Islam Anak
Usia Dini Indonesia.
Apresiasi
mendalam datang dari Ketua Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia,
H. Suib, SE. Dirinya menyampaikan bahwa keberhasilan alumni PMII memperoleh
gelar doktoral merupakan kesinambungan prestasi akademis dari senior-senior
terdahulu, terutama yang mereka yang sudah sampai pada puncak gelar akademis
tertinggi yaitu Profesor atau Guru Besar.
“Selamat
untuk sahabat Dr. Nur Hamzah, S.Pd.I, M.Pd, dengan lahirnya doktor bidang anak
usia dini, tentu akan memperkaya bidang ilmu yang dimiliki para alumni PMII.
Semoga akan terus menambah alumni PMII yang meraih Profesor atau Guru Besar,
sehingga akan lebih banyak lagi kontribusi yang bisa diberikan kepada kader,
nahdliyyin, masyarakat Kalimantan Barat dan Indonesia pada umumnya,” papar Suib
yang juga merupakan legislator DPRD Provinsi Kalimantan Barat. (tim liputan).
Editor :
Heri