KALBARNEWS.CO.ID
(JAKARTA) - Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) menyatakan
penggunaan minyak sawit untuk biodisel di dalam negeri tidak mengganggu pasokan
komoditas tersebut untuk memenuhi kebutuhan produksi pangan. Sabtu (26 November 2022).Konsumsi Minyak Sawit Untuk Biodiesel Tak Ganggu Kebutuhan Pangan
Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan menjelaskan
banyak yang bertanya bagaimana ketersediaan stok minyak sawit untuk memenuhi
kebutuhan produk pangan karena ada kekhawatiran mandatori mengancam pangan.
"Di dalam negeri, konsumsi minyak sawit untuk
biodiesel tidak mengganggu kebutuhan produk pangan," ujarnya melalui
keterangan tertulis di Jakarta.
Dia menjelaskan, pengembangan biodiesel di
Indonesia sudah berjalan semenjak 17 tahun lalu yang ditujukan memberikan
kontribusi positif bagi perekonomian dan lingkungan.
Saat ini, lanjutnya, Indonesia menjadi negara
pertama yang mengimplementasikan mandatori Biodiesel campuran 30 persen atau
B30.
"Ada tiga tujuan yang ingin dicapai di awal
pengembangan biodiesel yaitu ketahanan energi, penciptaan lapangan kerja, dan
lingkungan," ujarnya.
Terkait hal itu, Paulus saat menjadi
pembicara di Paviliun Indonesia dalam COP27, Sharm el Sheikh- Mesir pada pekan
kedua November 2022 memaparkan nilai tambah yang diterima masyarakat dari aspek
ekonomi dan lingkungan dari penggunaan biodiesel di Indonesia.
Dikatakannya, kapasitas produksi biodiesel
Indonesia mencapai 17,14 juta Kiloliter, yang sebagian besar berada di wilayah
barat Indonesia.
Pada 2021, penggunaan minyak sawit sebagai sumber
bahan baku biodiesel sebesar 16,1 persen atau 7,3 juta ton dari total produksi
CPO (minyak sawit mentah) dan CPKO (minyak kernel mentah) yang berjumlah 52,096
juta ton.
Selanjutnya pada 2022, konsumsi minyak sawit untuk
biodiesel diperkirakan naik menjadi 17 persen dari produksi CPO.
Menurut dia, mandatori biodiesel berkontribusi
mengurangi emisi karbon 22,48 juta ton CO2 ekuivalen pada 2020. Kontribusi ini
terus meningkat pada 2021 yang mencapai emisi 25,43 juta ton CO2 ekuivalen.
Sementara itu, Dirjen Energi Baru, Terbarukan dan
Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Dadan Kusdiana
mengatakan pemerintah bertekad untuk memenuhi target bauran EBT 23 persen pada
2025 dan mencapai emisi nol karbon 2060.
"Kelapa sawit sangat strategis dalam
pengembangan energi baru terbarukan dalam upaya memenuhi komitmen NDC 2030.
Indonesia telah mempunyai peta jalan dalam pengembangan biofuel, biomass cofiring dan implementasi hijau seperti biogas," ujarnya.(Tim Liputan)
Editor : Aan