KALBARNEWS.CO.ID
(JAKARTA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen
TNI Suharyanto mengatakan TNI memiliki peran krusial dalam
penanggulangan bencana. Selasa (13 Desember 2022).Kepala BNPB: TNI Punya Peran Krusial Dalam Penanggulangan Bencana
"Penanggulangan bencana tidak bisa hanya
dilakukan oleh BNPB atau salah satu institusi saja, sehingga dikatakan bencana
adalah urusan bersama. Di setiap tahap penanggulangan bencana, BNPB telah
bersinergi dan berkoordinasi dengan lintas kementerian dan lembaga, tidak terkecuali
TNI," kata Suharyanto.
Menurut dia, tuntutan dan tanggung jawab dalam
penanggulangan bencana semakin kompleks dan dinamis, ditambah adanya perubahan
karakteristik kejadian bencana, sehingga menuntut adanya sinergitas
antarkementerian/lembaga, tidak terkecuali TNI.
Suharyanto saat menjadi pembicara dalam Seminar
Nasional "Penguatan Kolaborasi Lintas Aktor Dalam Penanggulangan
Bencana" yang diselenggarakan oleh Paguyuban Alumni Sesko TNI (PASTI)
bersama BNPB di Hotel Borobudur, Jakarta, mengatakan sesuai dengan
Undang-Undang Nomor24 Tahun 2007, BNPB diamanatkan untuk memegang fungsi koordinasi
pada tahap kesiapsiagaan, pencegahan, dan mitigasi bencana.
"Contohnya sekarang, kita berkoordinasi
dengan PASTI agar saat terjadi bencana nanti sudah tahu tugas dan perannya
sehingga penanganannya lebih mudah," katanya.
Dia juga mencontohkan, pada saat kejadian banjir
di Sintang pada 2021 lalu yang terjadi selama satu bulan, setelah masa tanggap
darurat selesai BNPB berkoordinasi dengan Kementerian PUPR untuk membangun
tanggul dan waduk di sekitar Sungai Kapuas untuk menahan dan menampung debit
air.
"Kemarin sempat terjadi banjir lagi, namun
tidak sampai 1 bulan. Artinya sinergitas dan upaya mitigasi tersebut
berhasil," katanya.
Suharyanto menjelaskan, TNI dapat terlibat pada
tahap prabencana salah satunya dengan memberikan edukasi dan sosialisasi kebencanaan
kepada masyarakat.
"Babinsa dan Bhabinkamtibmas setiap saat
dapat melakukan sosialisasi dan edukasi untuk membangun kesadaran masyarakat
terkait kebencanaan di wilayahnya," kata Suharyanto yang juga pernah
menjabat sebagai Pangdam V Brawijaya.
Sementara pada tahap tanggap darurat, BNPB
memegang fungsi komando. Artinya, seluruh kegiatan penangan darurat bencana ada
di bawah kendali dan pantauan BNPB.
"Jadi setiap kegiatan dan tindakan penanganan
darurat di lapangan mohon betul dikoordinasikan dengan BNPB, termasuk kebutuhan
anggaran," katanya.
Dia menambahkan, pada tahap tanggap darurat, BNPB
dan kementerian terkait sangat bergantung kepada personel TNI. Sebab, TNI
memiliki struktur organisasi yang vertikal dari pusat hingga daerah, sehingga
pengerahan sumber daya dapat dilakukan dengan efektif.
"Walaupun komando tetap berada di BNPB, kami
tetap membutuhkan TNI untuk mengerahkan sumber daya manusianya karena struktur
organisasi TNI yang vertikal tadi. Tentu saja fungsi ini sangat strategis pada
saat pelaksanaan tanggap darurat di lapangan," katanya.
Pada saat terjadi bencana dan berdampak di
beberapa kabupaten/kota, pengaktifan pos komando (posko) tanggap darurat
bencana di daerah dapat dipimpin oleh gubernur sebagai Komandan Satuan Tugas
(Dansatgas), dengan wakilnya adalah Pangdam dan Kapolda sebagai Wakil
Dansatgas. Namun, apabila berdampak hanya di 1 kabupaten/kota, maka bupati/wali
kota menjadi Dansatgas dan Wakil Dansatgasnya adalah Dandim dan Kapolres.
"Fungsi TNI ini sangat penting dan krusial,
hal ini yang perlu terus dikomunikasikan kepada penerus di TNI sehingga ketika
terjadi bencana nanti sudah siap ketika ditunjuk menjadi Wakil Dansatgas posko
tanggap darurat," katanya.
Pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi, TNI dapat
berperan dalam percepatan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi. Seperti halnya
di Provinsi NTB pada tahun 2019, BNPB bersama TNI membangun kembali rumah warga
yang rusak akibat gempa bumi.
Selain bencana alam, TNI juga berperan dalam
penanganan bencana pandemi COVID-19 dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). TNI
berperan dalam monitoring penegakan protokol kesehatan, membantu pelaksanaan tracing dan vaksinasi, melakukan penyaluran bantuan sosial,
vaksinator, dan personel posko PPKM.
Selain itu, dia menyampaikan pentingnya kolaborasi
dalam penanggulangan bencana. Suharyanto menjelaskan Indonesia merupakan
laboratorium bencana di mana seluruh jenis bencana pernah terjadi di Indonesia.
Hingga Senin (12/12) saja, sebanyak 3.350 kali kejadian bencana terjadi di
Tanah Air. Artinya, dalam satu hari ada 4 hingga 5 bencana yang terjadi. (Tim Liputan)
Editor : Aan