KALBARNEWS.CO.ID
(JAKARTA) - Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Tualar Simarmata menyarankan agar petani menggunakan pupuk organik yang lebih
alami untuk mengatasi tingginya harga pupuk anorganik dikarenakan kenaikan
harga bahan baku pupuk secara global.Kamis (1 Desember 2022)Pakar Sarankan Penggunaan Pupuk Organik Atasi Tingginya Harga
"Di dunia ini ada dua jenis pupuk. Yang
pertama buatan pabrik, yang sebagian diimpor. Yang kedua pupuk alami. Kita
pakai yang alami saja. Optimalkan sumber organik lokal. Itu bergantung pada kemauan
kita saja," kata Tualar.
Menurut dia, ketergantungan petani terhadap pupuk
anorganik seringkali menimbulkan sejumlah isu seperti ketersediaan pupuk
subsidi yang terbatas dan kenaikan harga pupuk nonsubsidi.
Agar tidak terus menerus ketergantungan, Tualar
mengatakan petani perlu menggunakan pupuk alami atau pupuk organik. Alih-alih
bergantung pada pasokan pupuk impor yang saat ini terganggu akibat perang
Rusia-Ukraina, Tualar mengajak petani untuk memaksimalkan pupuk organik yang
bisa dilakukan petani.
Untuk petani padi, kata Tualar, langkah pertama
mengatasi krisis pupuk adalah memaksimalkan hasil utama panen padi, yaitu
gabah. Dari sembilan ton padi per hektare yang terpanen, ada sekitar enam ton
jerami yang bisa dimanfaatkan untuk diolah menjadi pupuk kompos.
"Praktik yang benar itu jerami bukan dibakar,
tapi diolah menjadi kompos dengan bantuan mikroba tertentu. Ini bisa membantu
mengatasi 50 persen kebutuhan pupuk untuk budidaya padi," terang Tualar.
Berikutnya, kata Tualar, perlu diadakan program
re-using atau pemanfaatan kembali sampah perkotaan untuk diolah menjadi pupuk.
Pada dasarnya, kata Tualar, setiap orang memproduksi 1-2 kg sampah per hari.
"Dari pada kita mengimpor pupuk, kita olah
saja sampah yang kita hasilkan ini menjadi pupuk untuk petani kita. Jadi, kita
tidak perlu lagi bergantung pada pupuk impor," kata Tualar.(Tim Liputan)
Editor : Aan