KALBARNEWS.CO.ID (JAKARTA) - Pasien HIV/AIDS berisiko 30 kali
lipat lebih tinggi terkena tuberkulosis (TB), kata dokter spesialis penyakit
dalam dr. Herikurniawan, Sp.PD, KP. Kamis (1 Desember
2022).Pasien HIV/AIDS Berisiko Terkena TB
"Kalau bicara AIDS enggak afdol kalau enggak
bicara TB. Kita perlu aware dengan TB ini karena pasien HIV berisiko 30 kali lipat lebih
tinggi terkena TB," ujar dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Insidensi total penyakit TB tahun 2021 di
Indonesia sebesar 354/100.000 populasi atau 969.000 kasus. Sedangkan, insidensi
TB-HIV tahun 2021 sebesar 8,1/100.000 populasi atau 22.000 kasus.
Kematian TB non-HIV pada tahun 2021 mencapai
52/100.000 populasi atau 144.000 kasus. Sedangkan kematian TB-HIV sebesar
2,4/100.000 populasi atau 6.500 kasus.
dr. Herikurniawan mengatakan TB disebabkan oleh
bakteri mycobacterium tuberculosis. Bila menginfeksi paru maka menyebabkan TB Paru, namun kuman
ini juga mampu menginfeksi organ tubuh lainnya seperti hati, otak, mata hingga
tulang.
Kuman ini bisa bertahan hingga suhu terendah -70
derajat, namun mati dalam beberapa menit jika terkena sinar matahari atau suhu
30-37 derajat.
TB pada non-HIV dan HIV memiliki gejala yang sama
seperti batuk lebih dari dua minggu, demam berkepanjangan, penurunan berat
badan, keringat malam berlebih, nafsu makan menurun, lemah dan lelah.
Namun pada pasien HIV, keluhan batuk berapapun
lamanya harus tetap melakukan pemeriksaan.
"Semua pasien yang terdiagnosa HIV positif
wajib dilakukan pemeriksaan TB, kita periksa dahaknya," kata dr.
Herikurniawan.
Lebih lanjut, dr. Herikurniawan mengatakan
pengobatan TB pada pasien HIV harus didahulukan dengan pemberian obat OAT
selama 6 bulan setiap hari.
Pada pasien HIV juga sering ditemukan infeksi hati
sehingga mudah terjadi efek samping obat berupa gangguan hati pada beberapa
obat OAT.
Selain itu, semua pasien TB-HIV positif akan
diberikan antibiotik pencegahan Kotrimoksazol untuk mencegah infeksi
oportunistik lain.
"Kalau baru ketahuan HIV itu harus langsung cek
TB, kalau enggak ada TB tetap harus dikasih pencegahan," ujar dr.
Herikurniawan.(Tim liputan)
Editor : Aan