KALBARNEWS.CO.ID (SHANGHAI) -- Pada 29 November
(Waktu Dubai), fasilitas Trough Unit No. 1 di pembangkit listrik tenaga termal
surya (PLTTS) 700 MW dan pembangkit listrik fotovoltaik 250 MW yang dibangun
Shanghai Electric di Dubai berhasil tersambung dengan jaringan transmisi listrik.
Hal ini menjadi pencapaian penting dalam ekspansi Shanghai Electric di segmen
energi terbarukan. Fasilitas tersebut telah menghasilkan parameter teknis
terbaik dan kegiatan operasional yang andal pada peralatan utama serta
pendukung, sekaligus memasok energi termal surya yang ramah lingkungan bagi
masyarakat lokal untuk pertama kalinya. Kamis (1 Desember 2022).Termal Surya Shanghai Electric di Dubai Tersambung Dengan Jaringan Transmisi Listrik
Proyek ini, Shanghai Electric Group bertindak sebagai kontraktor, merupakan pembangkit listrik termal surya dan PV tahap keempat yang dikembangkan Dubai Electricity and Water Authority di Pembangkit Listrik Tenaga Surya Mohammed bin Rashid Al Maktoum (MBR).
Koneksi dari fasilitas ini dengan
jaringan transmisi listrik menandai pencapaian target utama dalam globalisasi
Shanghai Electric. Mengandalkan dan memakai menara dan teknologi pembangkit
listrik termal surya dengan palung (trough) yang terkemuka di dunia,
proyek ini mengatasi keterbatasan yang dialami pembangkit listrik PV
konvensional untuk menghasilkan listrik pada malam hari. Maka, proyek ini
menjadi model dari inisiatif Belt and Road yang digagas
pemerintah Tiongkok, serta upaya mencapai netralitas karbon global.
Panel PV 250 MW tersebar di lokasi yang tidak digunakan guna memaksimalkan pemanfaatan lahan di proyek. Sementara, fasilitas termal surya 700 MW terdiri atas tiga unit palung 200 MW dan satu menara 100 MW. Proyek ini menjadi pembangkit listrik PV mandiri (standalone) yang terbesar di dunia, menempati lahan seluas 44 km persegi (sekitar 17 mil persegi), atau setara dengan sekitar 6.000 lapangan sepakbola standar atau 100 Lapangan Tiananmen. Proyek ini memakai sekitar 560.000 ton garam cair (molten salt) dan 70.000 heliostat, masing-masing berdimensi sekitar 25 meter persegi.
Pekerjaan penggalian lahan untuk pembuatan struktur di gurun pasir mencapai sekitar 40 juta meter kubik, setara dengan volume 41 "Water Cube" (pusat olahraga air di Olympic Green, Beijing) atau jumlah pasir dan kerikil yang digunakan untuk membangun pulau buatan yang menopang Jembatan Hong Kong-Zhuhai-Macau. Fasilitas ini, mencapai tinggi 262 meter (sekitar 860 kaki), merupakan proyek termal surya tertinggi di dunia. Lebih lagi, fasilitas ini menyediakan teknologi pembukaan slot terbesar yang beroperasi secara komersial dengan jarak bukaan hingga 8,2 meter.
Operasionalisasi fasilitas ini menggantikan 2 juta ton batu
bara standar yang dibakar setiap tahun. Seluruh faktor tersebut membuat
fasilitas ini tampil sebagai proyek termal surya terbesar di dunia dari sisi
kapasitas terpasang, nilai investasi, serta besaran panas dari cadangan garam
cair.
Lokasi
proyek berada di tengah gurun pasir sehingga suhu pada siang hari dapat
melonjak mendekati 50°C (122°F). Selain dampak pandemi, dan faktor lainnya,
kondisi tersebut menimbulkan beberapa kendala dalam pembangunan proyek,
termasuk lonjakan biaya dalam berbagai aspek (lonjakan biaya bahan baku
termasuk yang paling tinggi di antara biaya lain), penundaan pengiriman produk,
kendala rantai pasok terhadap fabrikasi peralatan, serta kelangkaan tenaga
kerja. Dengan menerapkan solusi kreatif, serta cermat menyusun persiapan secara
dini, proyek ini mampu mengatasi beberapa isu teknis demi membuat pencapaian
tersebut.
Energi
yang tersimpan di unit palung dan menara, setelah seluruh unit beroperasi,
dapat menghasilkan listrik secara kontinu dengan waktu maksimum hingga 13,5 jam
pada malam hari, serta 15 jam ketika cuaca buruk. Jika seluruh proyek
rampung, Dubai kelak semakin dekat mencapai target Energi Bersih
2050, yakni memasok energi bersih bagi 320.000 keluarga lokal, serta mengurangi
emisi karbon sebanyak 1,6 juta ton setiap tahun. (Tim Liputan)
Editor : Aan