Pemerhati Sejarah Sosial Politik Kalbar, Syafaruddin DaEng Usman |
Ulasan itu
diungkap pemerhati Sejarah Sosial Politik Kalimantan Barat, Syafaruddin DaEng
Usman kepada redaksi www.kalbarnews.co.id
belum lama ini.
“Jangan
sampai, partai politik justru menjadi ruang fabrikasi kebusukan-kebusukan dalam
politik. Itu sama sekali tidak boleh terjadi,” ungkap Syafaruddin DaEng Usman.
Ia mengatakan
sebagian orang menyebut politik itu busuk, ruang yang berlumur kebengisan. tak
heran, ada sebagian orang yang anti terhadap politik. Mereka alergi, bahkan
sekadar untuk membincangkannya.
“Sejatinya
tidaklah demikian. Politik adalah arena perjuangan yang mulia. Di sana, orang
bisa memperjuangkan keyakinan dan ideologi untuk meraih kesejahteraan bersama,”
paparnya.
Dikatakannya,
nyaris perjuangan di semua ranah tak bisa ditegakkan tanpa perjuangan politik.
“Politik,
sesungguhnya, adalah medan perjuangan mulia. Di situlah, hampir seluruh hajat
hidup orang banyak ditentukan”, ujarnya lagi.
Syafaruddin
DaEng Usman yang juga Tim Pemeriksa Daerah (TPD) Kalbar Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu (DKPP) RI menegaskan, jika ada kebusukan dalam politik itu
sebenarnya bukan kebusukan politik itu sendiri.
“Tapi para
oknum politik yang berperilaku busuk, dengan menunggangi keagungan politik”,
imbuhnya.
“Mereka
bersikap pragmatis oportunis, yang bergerak dengan kendali keuntungan pribadi,
dan abai terhadap kepentingan dan kemaslahatan banyak orang”, lanjutnya.
Ditegaskannya,
orang-orang seperti itulah yang mencoretkan noda dalam politik.
“Mempraktekkan
politik muka ganda, tanpa dasar ideologi yang kuat. Ke mana angin keberuntungan
mengarah, ke sana mereka berkerubung”, sitirnya.
Inilah yang
menurut Syafaruddin menjadi sebab runtuhnya peradaban politik.
“Berpolitik
tanpa fatsun”, tegas dia. (tim liputan*).
Editor :
Heri