KALBARNEWS.CO.ID (GUIYANG) - “Penghargaan Infrastruktur' diraih
oleh proyek Jembatan Guizhou Pingtang," kata pembawa acara malam
penghargaan "Outstanding Structure Award 2022" yang diadakan
International Association for Bridge and Structural Engineering (IABSE). Maka, Yang
Jian, Chief Engineer, Guizhou Transportation Planning Survey &
Design Academy Co., Ltd., tampak gembira dan bersemangat ketika berada di atas
panggung. Jumat
(10 Maret 2023).Kiprah Guizhou sebagai "Museum Jembatan"
Sebenarnya, jembatan di Guizhou bukan pertama kalinya
memenangkan sebuah penghargaan internasional yang bergengsi. Proyek jembatan
di Guizhou meraih "kesuksesan besar" setelah memenangkan
sederet penghargaan global, termasuk "Gustav Lindenthal Medal" yang
dijuluki "Hadiah Nobel" dalam bidang teknik. Karena jembatan
di Guizhou sering memenangkan penghargaan di panggung internasional,
juri IBC pun berseru "Mari kita sambut kembali Jembatan Guizhou untuk
membawa pulang penghargaan ini."
Padahal,
pemenang penghargaan bergengsi yang digelar rutin ini sempat ketinggalan dalam
proyek pembangunan jembatan. Kendala transportasi telah lama menjadi isu yang
menghambat pembangunan Guizhou. Sebagai pusat geografis di Tiongkok Barat
Daya, Guizhou sebelumnya tidak terlalu memanfaatkan potensinya karena
wilayah pegunungan dan keterbatasan fasilitas lalu lintas sehingga warga lokal
terkendala. Beberapa dekade lalu, Guizhou mulai mempelajari
konstruksi jembatan, serta pengalaman negara lain seperti Jepang dan Jerman
dalam membangun jembatan canggih. Namun, mengingat karakteristik tanah karst,
serta lebih dari 90% permukaan tanahnya diliputi pegunungan dan
perbukitan, Guizhou sulit belajar dari pengalaman masa lalu.
"Sejak
dulu, ayah saya selalu menjadi sosok yang asing di kampung halamannya. Ibu saya
selalu bercerita bahwa ayah saya membantu orang lain membangun jembatan dan
jalan di tempat yang terkendala transportasi. Saya pun menggemari jembatan
ketika masih kecil, bahkan saya mengetahui banyak hal tentang jembatan
ketimbang anak-anak lain seusia saya. Kecintaan saya untuk jembatan benar-benar
merupakan sebuah panggilan, dan saya lalu memilih berkuliah dalam program studi
Teknik Jembatan untuk membangun impian saya tentang jembatan,"
ujar Liu Hao, seorang insinyur Jembatan Huajiang yang bekerja di Guizhou
Bridge Construction Group.
Kini, Guizhou telah
membangun hampir 30.000 jembatan, termasuk proyek yang tengah dibangun, dan
lebih dari 2.000 jembatan tol masih dalam masa konstruksi. Banyak jenis
jembatan yang telah dibangun di Guizhou, termasuk suspension
bridge, cable-stayed bridge, arch bridge, dan beam
bridge, bahkan meliputi hampir seluruh jenis jembatan yang ada di dunia.
Maka, julukan "museum jembatan" diberikan untuk Guizhou, sebab
kota ini menjadi tempat asal lima dari 10 jembatan super terbaik di dunia yang
melintasi pegunungan dan lembah.
Di sisi
lain, konsep pelestarian alam juga telah dipertimbangkan dalam desain dan
teknik konstruksi jembatan. Hal ini menjadi faktor penting lain dari
pengakuan Guizhou oleh komunitas internasional. Misalnya,
transformasi Jembatan Huayudong. Tim Yang Jian mengusulkan solusi
"pembongkaran setelah konstruksi". Solusi ini tak hanya
mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup akibat ledakan, namun juga
mewujudkan daur ulang jembatan lama. Dengan demikian, jembatan ini menjadi
jembatan jalan pertama di Guizhou yang "berbentuk
keranjang".
Lebih
lagi, Guizhou kini melansir teknologi dan desain jembatan untuk
kota-kota di dalam dan luar negeri. Misalnya, Guizhou berhasil
menggarap proyek yang terbentang di Sungai Kuning di Provinsi Henan, serta
segera membangun proyek besar di Mongolia dan Georgia.
Seperti
dijelaskan Yang Jian, "Setiap kali melihat jembatan Guizhou,
saya merasa gembira seperti ketika melihat anak saya sendiri." Kini,
jembatan Guizhou menjadi model dalam konstruksi jembatan sehingga
sangat mendukung peran Guizhou sebagai pusat transportasi yang
berperan besar di Tiongkok Barat Daya. Hal tersebut juga
mendukung Guizhou untuk mendunia bersama Belt and Road
Initiative, mempromosikan konsep pelestarian alam pada era baru, serta ide
bahwa "membangun jalan merupakan langkah awal menuju kesejahteraan." (Tim Liputan)
Editor : Aan