Ketum MABT Ajak Lestarikan Budaya

Editor: Redaksi author photo

Ketum MABT Ajak Lestarikan Budaya
KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK) - Pelajar SMA Santu Petrus menggelar Pameran P5, yaitu Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila berbasis kearifan lokal di Lingkungan Sekolah Santu Petrus, Selasa (30 Mei 2023).

Hadir dalam kegiatan tersebut, Ketua Umum Majelis Adat Budaya Tionghoa (MABT), Paulus Andy Mursalim, perwakilan Dinas Pendidikan, pihak yayasan sekolah, dan orangtua/wali siswa.

Ketua Umum MABT, Paulus Andy Mursalim mengingatkan generasi muda tetap menjaga dan melestarikan budaya bangsa Indonesia pada umumnya dan budaya etnis Tionghoa khususnya agar tidak punah seiring perkembangan zaman.

“Saat ini kita berterima kasih kepada pemerintah yang telah memberi kebebasan kepada kita semua, agar kita setara dengan etnis lain. Maka pertahanan kearifan lokal yang sudah diwarisi nenek moyang di sini. Mari kita jaga, lestarikan, dan berkreasi sebagai penerus kita,” ujarnya saat diminta memberikan sambutan.

Paulus berharap melalui ajang kegiatan pameran P5, kearifan lokal khususnya budaya masyarakat Tionghoa bisa lebih ditingkatkan dan dibesarkan lagi untuk memperkaya budaya Indonesia.

“Mari kita etnis Tionghoa yang mulai berkembang, mari kita bersama-sama mengisi pembangunan, kemerdekaan Indonesia dengan melestarikan budaya, dan terus bekerja sama dan bersilaturahmi satu sama lain,” ajak anggota DPRD Kalimantan Barat ini.

Pengawas Sekolah dari Dinas Pendidikan Kota Pontianak, Siti Hariah menilai dengan adanya kegiatan pameran P5 bentuk kearifan lokal sesungguhnya diharapkan ada penguatan karakter atau P3 (Profil Pelajar Pancasila).

“P5 ini untuk penguatan P3 yaitu Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Ketika kalian mengerjakan sesuatu, jadi sesungguhnya P3 yang dituntut, ditambah P2 untuk penguatan P3. Jadi jangan salah kaprah. Pengerjaan muncul sejauh mana kritisnya untuk masa depan yang bermanfaat bagi diri sendiri, lingkungan, dan  keluarga karena ada tujuan yang dicapai,” tuturnya.

Ketua Yayasan Santu Petrus, Antonius Kadir menjelaskan kegiatan pameran P5 Kearifan Lokal yang dilakukan siswa berkoborasi yang baik dengan guru untuk menyajikan apa yang selama ini dikerjakan di sekolah.

“Jadi jauh sebelum Kemendikbud gunakan istilah apa itu dimensi-dimensi profil pelajar Pancasila, di sekolah Khun Cung itu sudah melakukan. Istilahnya yang beda, kami memakai istilah global kompetencis. Karena yang bicara bukan hanya kita tapi di mana-mana,” ujarnya.

Menurut Kadir, pendidikan kepada anak-anak bertujuan supaya siswa cerdas, di mana ukurannya cerdas bukan berarti harus pandai matematika atau fisika, atau nilai akademiknya 100. Tapi orang cerdas adalah orang yang bisa menyelesaikan masalah.

“Di mana ia bisa memikirkan solusi menyelesaikan masalah, orang yang punya banyak gagasan sehingga menjadi kreatif karena punya ide. Namun tidak semua gagasan bisa atasi masalah, jika banyak gagasan kita pilih gagasan terbaik yang disebut berpikir kritis, gagasan ini cocok tidak, ada efek atau menimbulkan masalah baru ngak bagi orang lain,” pungkasnya. (Tim Liputan).

Editor : Lan

Share:
Komentar

Berita Terkini