KALBARNEWS.CO.ID (JAKARTA) -- Pemerintah terus berupaya memperkuat dan mengembangkan
sektor pertanian. Salah satu upayanya adalah dengan transformasi digital di
sektor pertanian. Dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, petani
kini didorong agar dapat mengakses berbagai layanan secara online. Jumat (23 Juni
2023).Gebrakan Direktorat Pembiayaan Pertanian
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Pembiayaan Pertanian di Direktorat
Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian, Indah Megahwati.
“Digitalisasi pertanian yang dirintis oleh Direktorat Pembiayaan Pertanian dan sudah
mulai diterapkan meliputi pembiayaan online, sistem informasi pertanian, asuransi
pertanian, dan analitik data pertanian,” papar Indah.
Indah memberi contoh digitalisasi pembiayaan online yang telah digunakan
pada program Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pertanian. Platform ini
memanfaatkan teknologi digital untuk menghubungkan petani dengan perbankan
selaku pemberi pinjaman. Berkat sistem yang sudah terdigitalisasi, petani dapat
mengajukan pinjaman secara online dengan mudah dan cepat.
“Prosedur yang sederhana dan cepat berkat digitalisasi memungkinkan petani
untuk mendapatkan akses ke dana yang dibutuhkan dalam waktu singkat, yang dapat
digunakan untuk membeli benih, pupuk, alat mesin pertanian, dan pembiayaan
investasi pertanian lainnya,” lanjut Indah.
Selain itu, digitalisasi juga telah mempermudah proses verifikasi dan
evaluasi kredit, yang mempercepat pencairan dana kepada petani yang membutuhkan
pembiayaan. Dengan adanya data dan informasi yang tercatat secara digital, lembaga
keuangan dapat melakukan analisis risiko dan penilaian kredit dengan lebih
efisien. “Saya meyakini digitalisasi dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi
risiko, dan petani memperoleh akses yang lebih luas terhadap pembiayaan yang
mereka butuhkan,” tukas Indah.
Lewat KUR pula petani didorong untuk memodernisasi budi daya dan
pengelolaan lahannya dengan pembelian alat dan mesin pertanian (alsintan)
dengan skema kredit. “KUR memungkinkan petani membeli alsintan termasuk yang
berbasis digital seperti drone,” kata Indah.
Teknologi digital seperti sensor, drone, dan satelit memungkinkan petani
untuk memantau kondisi tanaman secara real-time. Mereka dapat mendapatkan
informasi tentang tingkat kelembaban tanah, kebutuhan air, tingkat nutrisi, dan
serangga atau penyakit yang mungkin menyerang tanaman. Dengan informasi ini,
petani dapat mengambil tindakan yang tepat waktu untuk mencegah kerugian dan
meningkatkan hasil panen.
Asuransi Pertanian Berbasis Digital
Indah juga mengatakan bahwa pemerintah menyadari jika sektor pertanian merupakan
sektor yang rentan terhadap risiko-risiko alam, seperti bencana cuaca ekstrem,
kekeringan, dan banjir. Untuk mengurangi risiko tersebut, digitalisasi pertanian
telah memainkan peran penting dalam melindungi petani melalui asuransi
pertanian.
Indah memberi contoh program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) dan program
Asuransi Usaha Ternak Sapi/Kerbau (AUTSK) yang telah bergulir. Untuk melengkapi
program ini, pemerintah bekerjasama dengan Asuransi Jasindo telah mengeluarkan
aplikasi Protan (Proteksi Pertanian). Aplikasi ini merupakan penyempurnaan dari
aplikasi SIAP (Sistem Asuransi Pertanian) yang sudah ada sejak 2019.
“Hadirnya aplikasi tentu diharapkan memudahkan para petani dan peternak.
Proses pendaftaran hingga klaim bisa melalui aplikasi. Di aplikasi terdapat
fitur pendaftaran peserta, e-polis, pelunasan premi, dan pelaporan,” jelas
Indah.
Dengan digitalisasi pertanian, masih menurut Indah, asuransi pertanian kini
menjadi lebih mudah diakses oleh para petani. Mereka dapat mendaftar melalui
platform digital yang menyediakan informasi tentang produk asuransi yang
tersedia, premi yang harus dibayarkan, dan manfaat yang akan diterima jika
terjadi kerugian.
Digitalisasi dalam Analitik Data Pertanian
Indah menjelaskan pula soal digitalisasi dalam analitik data pertanian.
Dengan digitalisasi pada sektor ini maka diharapkan akses petani pada informasi
menjadi lebih mudah. Digitalisasi memungkinkan petani untuk dengan mudah
mengakses informasi terkini tentang prakiraan cuaca, teknik pertanian terbaru,
harga komoditas, dan praktik terbaik dalam pertanian. Informasi ini membantu
petani dalam membuat keputusan yang lebih baik dan meningkatkan produktivitas
mereka
Melalui platform digital, petani juga dapat terhubung dengan petani lain,
peneliti, dan pakar pertanian. Mereka dapat berbagi pengetahuan, pengalaman,
dan praktik terbaik, serta memperluas jaringan mereka. Kolaborasi seperti ini dapat
mempercepat inovasi dalam pertanian dan meningkatkan kesejahteraan petani
secara keseluruhan. Menariknya, digitalisasi pertanian juga mulai digunakan
untuk merespons tantangan perubahan iklim, seperti fenomena cuaca El Nino.
“Direktorat Pembiayaan Pertanian sudah mempunyai program digitalisasi untuk
memantau cuaca, iklim, dan kesuburan lahan. Itu kita sudah ada pakai aplikasi
digital yang bisa diakses petani,” tutur Indah.
Melalui aplikasi petani akan dapat dimudahkan dalam perencanaan penanaman, penggunaan
pupuk, dan irigasi yang lebih efisien. Pemetaan juga dapat membantu petani dalam
mengelola lahan mereka dengan lebih baik dan meningkatkan penggunaan sumber daya
secara optimal. Melalui teknologi digital seperti pemetaan satelit dan GPS pula,
petani dapat memetakan lahan mereka dengan lebih akurat.
Digitalisasi Transaksi dan Tata Kelola Pertanian
Selain menyediakan aplikasi dan platform digital, Indah mendorong petani
agar lebih melek digital. Pihaknya pun bertekad akan terus menyosialisasikan
pentingnya digitalisasi bagi petani. Misalnya dalam hal transaksi elektronik,
menurut Indah, digitalisasi memungkinkan petani untuk melakukan transaksi
secara elektronik, baik dalam pembelian input pertanian seperti benih, pupuk,
dan pestisida, maupun dalam penjualan hasil panen. “Ini mengurangi ketergantungan
pada transaksi tunai dan memudahkan petani dalam melacak dan mencatat transaksi
mereka,” ujar Indah.
Indah juga mengatakan bahwa petani harus menyadari bahwa digitalisasi dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas mereka. “Automatisasi, penggunaan
alat-alat presisi, dan analisis data membantu mengurangi kerugian dan
meningkatkan produktivitas,” tukas Indah.
Indah memberi contoh sistem irigasi otomatis yang dapat mengatur suplai air
secara cerdas berdasarkan kebutuhan tanaman, menghemat air dan energi. Selain
itu, digitalisasi juga bisa dimanfaatkan untuk manajemen inventaris yang memudahkan
petani dalam mengelola inventaris mereka, seperti stok benih, pupuk, dan alat
pertanian.
“Dengan menggunakan perangkat lunak atau aplikasi yang sesuai, mereka dapat
melacak persediaan, memperkirakan kebutuhan masa depan, dan menghindari kekurangan
atau kelebihan stok,” sambung Indah.
Terakhir dan tak kalah penting, Indah mengingatkan pentingnya petani
mendigitalisasi dirinya untuk membantu pemasaran dan distribusi hasil panennya.
“Platform digital memungkinkan petani untuk mencapai pasar yang lebih luas dan
menjual produk mereka secara online. Ini membantu mengurangi ketergantungan
terhadap tengkulak lokal,” kata Indah.
Indah menyimpulkan bahwa digitalisasi telah meningkatkan efisiensi dalam
mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan sektor ini. Indah juga mendorong
generasi muda tak sungkan ikut menekuni sektor pertanian. Mengingat dengan
digitalisasi, usaha tani akan semakin maju, mandiri, dan modern.
“Digitalisasi pertanian membuka pintu menuju masa depan yang lebih cerah
bagi sektor pertanian Indonesia karena meningkatkan produktivitas, dan
memperbaiki taraf hidup petani. Ini akan berdampak positif pada pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat kita,” pungkas Indah. (tim Liputan).
Ediotor : Aan