H. Firli Bahuri |
”Keteguhan dan keikhlasan serta kerelaan luar biasa untuk tidak korupsi dan berperilaku koruptif seperti yang di contohkan keluarga ANTIKORUPSI Nabi Ibrahim AS, sejatinya adalah keutamaan Idul Adha yang seyogianya kita lestarikan dalam kehidupan sehari-hari."
Syukur Alhamdulillah, segenap
umat manusia dunia, khususnya bangsa Indonesia, kembali bersuka cita di Hari
Raya Idul Adha 1444 H, yang jatuh pada Hari Kamis, 29 Juli 2023.
Idul Adha atau yang biasa disebut
Hari Raya Kurban, seyogianya tidak sekedar kita sambut dan rayakan dengan hati
gembira, penuh suka cita, namun juga patut kita jadikan sebagai momentum
refleksi diri, agar menjadi hamba-Nya yang lebih baik lagi.
Tidak hanya mengajarkan
nilai-nilai religi tentang keesaan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, Idul Adha
juga sarat dengan nilai-nilai serta tauladan yang baik, bagi hidup - kehidupan
segenap umat manusia dan alam semesta, tanpa terkecuali.
Yang saya fahami, esensi dan
makna Idul Adha, dapat kita gali dari sejarah keluarga Nabi Ibrahim AS yang terkenal
sangat Antikikorupsi, semasa hidup hingga akhir hayat mereka.
Dalam sejarah keluarga Nabi
Ibrahim AS, dimana kisah menakjubkan keluarga sederhana yang Antikorupsi ini,
yang saya dengar dari Ibu saat meninabobokan kami anak - anaknya sewaktu kecil
dalam gubuk yang menjadi istana indah kami, di pelosok Selatan Sumatera.
Masih kuat melekat di ingatan
saya, perjalanan keluarga kecil Ibrahim AS, yang senantiasa memegang teguh
kejujuran, sekalipun mereka berada di masa-masa sulit, salah satunya saat turun
perintah Allah SWT kepada Ibrahim untuk menyembelih Ismail sang buah hati.
Saat itu, bisa saja Nabi Ibrahim
AS dan sang istri Siti Hajar beserta bujang kesayangan mereka yakni Ismail AS,
mengkorupsi perintah Allah SWT, mengingat tidak ada 1 pun manusia (kecuali
iblis dan setan) yang mengetahui hal ini.
Apalagi, iblis dan setan yang
terkutuk, mengeluarkan seluruh kemampuan mereka untuk menggoda Nabi Ibrahim AS,
Siti Hajar dan Ismail AS agar tidak melaksanakan perintah Allah SWT kala itu.
Subhannallah, Nabi Ibrahim AS
tidak bergeming sedikitpun dan tetap teguh dengan akidahnya menjalankan
perintah Allah SWT.
Bujuk rayu iblis dan setan yang
terkutuk agar Nabi Ibrahim AS mengingkari perintah Allah SWT, dijawab keras
olehnya dengan melempari kedua makhluk kekal neraka tersebut dengan batu
sebanyak 7 kali di sekitar Jumrah Aqabah.
Iblis dan setan pun belum
menyerah, lantas mencoba merayu Siti Hajar, isteri Nabi Ibrahim AS, agar
membujuk suaminya untuk tidak menyembelih putera kesayangan mereka, Ismail AS.
Dimana iblis dan setan lantas
memprovokasi Siti Hajar, dengan membisikkan bahwa perintah Allah SWT tersebut
adalah kekejian luar biasa, dimana menyembelih Ismail sama artinya membunuh
anak kesayangan yang cukup lama mereka nanti-nantikan.
Bukannya terhasut dengan ‘hate
speech’ yang dilontarkan iblis dan setan, Siti Hajar malah menghujani kedua
mahluk terkutuk tersebut dengan batu sebanyak tujuh kali di Jumrah Wustha.
Belum juga menyerah, iblis dan
setan kemudian melakukan upaya terakhir dengan membujuk Ismail AS, agar menolak
dikorbankan ayahnya dengan cara disembelih. Setali tiga uang dengan ayah dan
ibunya, Ismail AS pun melempari penghuni jahanam dengan batu sebanyak tujuh
kali di Jumrah Ula.
Alhasil, atas keyakinan,
keteguhan dan kerelaan luar biasa keluarga Nabi Ibrahim AS dijawab Allah SWT,
dimana pisau untuk menyembelih Ismail AS mendadak tumpul, meski Nabi Ibrahim AS
berulangkali mengasah pisau untuk menjagal anaknya.
Dengan kebesaran Allah SWT,
dinukilkan dalam kisah Ibrahim yang diperintahkan menyembelih Ismail, lalu
diganti dengan seekor hewan sembelihan, seperti termaktub dalam surat
Ash-Shaffat Ayat 107: وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ
wa fadaināhu biżib-ḥin ‘aẓīm
yang artinya : “Dan Kami tebus
anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
Kisah hidup - kehidupan keluarga
Nabi Ibrahim AS ini mengajarkan kita tentang arti dari sebuah tekad ,
keteguhan, keyakinan, keikhlasan serta kerelaan luar biasa, yang sejatinya
dimiliki oleh setiap umat manusia.
Hal inilah yang dapat menangkal
semua bujuk rayu iblis beserta setan yang terkutuk, hingga akhir zaman nanti
secara terus - menerus akan menggoda dan menghilangkan sisi - sisi kemanusiaan,
yang dimaksudkan untuk membangkitkan nafsu kebinatangan seluruh keturunan Adam
dan Hawa, agar berperilaku layaknya seekor tikus yang rakus, tamak sehingga
senantiasa merasa kurang dan tidak pernah cukup dengan apa yang dimiliki atau
diperolehnya.
Jelas, ketauladanan yang
diberikan keluarga Nabi Ibrahim AS, serta keutamaan Idul Adha adalah momentum
baik bagi kebangkitan umat untuk melawan rasa tamak dan perilaku koruptif, yang
seyogianya kita mulai dari diri sendiri.
Dalam kacamata penanganan
korupsi, keutamaan kisah keluarga Nabi Ibrahim AS, diterjemahkan dan mewujud
menjadi strategi trisula pemberantasan korupsi KPK yaitu pendekatan pendidikan
masyarakat untuk membentuk mindset dan culture set baru antikorupsi, pendekatan
pencegahan yang tujuan utamanya menghilangkan kesempatan dan peluang untuk
korupsi, dan pendekatan penindakan di mana ketiganya adalah core business KPK
dalam pemberantasan korupsi serta dilaksanakan secara holistik, integral
sistemik, dan sustainable, adalah resep yang pas untuk mengentaskan kejahatan
korupsi di bumi pertiwi.
Dengan tingginya animo serta
dukungan segenap komponen bangsa kepada KPK, kami yakin, Insya Allah menjadi
solusi terbaik agar Indonesia cepat terlepas dari laten korupsi yang menggurita
di negeri ini.
Jangan lupa! Korupsi bukan
sekedar kejahatan yang merugikan keuangan dan perekonomian negara, tapi juga
termasuk kejahatan kemanusiaan dunia karena telah masuk sampai fase
berjejaring, dimana dampak destruktifnya pada setiap tatanan kehidupan umat
manusia, dapat meluluh lantakkan peradaban manusia. Harus diakui, kejahatan
sangat hebat karena dapat dilakukan secara sistimatik, terstruktur dengan
dampak sistemik.
Dari penelitian dan data empiris
menyebutkan korupsi terbukti dapat menciptakan fantasi, mendorong kreativitas
calon - calon koruptor untuk beradaptasi, berinovasi, dan memodifikasi modus -
modus baru kejahatan korupsi, agar tidak terungkap apalagi tertangkap saat
mereka beraksi.
Kita sebagai bagian dari umat
manusia, seyogianya senantiasa waspada, mawas diri, saling mengingatkan serta
menguatkan satu dengan lainnya, agar tidak tergoda apalagi larut dan tenggelam
ke dalam surga fatamorgana korupsi yang dihembuskan saitan terkutuk.
Ingat, dosa korupsi dunia -
akhirat, bukan hanya bagi pelakunya, namun bagi siapa saja yang ikut turut
serta menjadi bagian atau makan uang kejahatan korupsi.
Karenanya, ibadah kurban
seyogianya menjadi momentum bagi kita untuk menjagal sifat-sifat kebinatangan
yang sejatinya ada dalam diri kita.
Terakhir saya ingatkan kepada
seluruh umat, bahwasanya bukanlah penyembelihan hewan kurban kambing, sapi atau
domba yang menjadi esensi dari perayaan Idul Adha, Hari Raya Kurban.
Keteguhan dan keikhlasan serta
kerelaan luar biasa untuk tidak korupsi dan berperilaku koruptif seperti yang
di contohkan keluarga Antikorupsi Nabi Ibrahim AS, sejatinya adalah keutamaan
Idul Adha yang seyogianya kita lestarikan dalam kehidupan sehari-hari.
Selamat merayakan Hari Raya Idul
Adha 1444 Hijriyah, mari kita rayakan Hari Raya Kurban dengan semangat
Antikorupsi.
Penulis Adalah Ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK RI).