KALBARNEWS.CO.ID (KUALA LUMPUR) -- Liu Zhenyun adalah seorang penulis
Tiongkok, lahir di Henan, Tiongkok, pada 1958, serta lulus dari Program
Studi Sastra Tiongkok, Peking University. Dia juga menjabat profesor di
Fakultas Ilmu Humaniora, Renmin University of China. Karya
Liu antara lain "Hometown, Regime and Blood", "The
Cook, the Crook, and the Real Estate Tycoon", "Someone to Talk
To", "Laughter and Tears: A Novel", "A Small
Town: Tapu College", "Tofu". Berbagai karyanya
telah diterjemahkan dalam lebih dari 20 bahasa, termasuk bahasa Vietnam,
Thai, Inggris, Perancis, Jerman, Spanyol, dan lain-lain. Pada 2011,
"Someone to Talk To" berhasil memenangkan "Mao Dun Literature
Awards". Lalu, pada 2018, Liu meraih gelar "Knight of the Order of
Arts and Letters" dari Kementerian Kebudayaan Perancis. Beberapa film yang
diadaptasi dari karya Liu juga meraih penghargaan di dalam dan luar negeri.
Sejak 2018, dia telah menjadi duta Beijing International Book Fair. Selasa (6 Juni 2023).Penulis Tiongkok Liu Zhenyun Berkunjung ke Kuala Lumpur International Book Fair
Sejumlah
acara diadakan Tiongkok sebagai Tamu Kehormatan di Kuala Lumpur International
Book Fair, diwakili National Press and Publication Administration
of China, serta China National Publications Import and Export (Group) Co.,
Ltd. Liu Zhenyun turut berpartisipasi kegiatan tersebut, serta berkontribusi
meningkatkan kerja sama dan pertukaran antarwarga di bidang sastra antara
Tiongkok dan Malaysia.
Pada
26-30 Mei lalu, Liu Zhenyun pun terlibat dalam sejumlah program kerja sama yang
melibatkan penerbit, penulis, dan pembaca lokal, termasuk Sino-Malaysian
Writers and Scholars Exchange Symposium, China-ASEAN Forum on Cultural
Exchanges and Cooperation, serta kunjungan riset Dream of the Red Chamber
Research Centre of University of Malaya, "Into Contemporary Chinese
Literature" Forum, serta "Laughter and Tears: A Novel" Readers
Sharing Meeting.
Ketika
berdiskusi, Liu Zhenyun berkata bahwa perbedaan budaya merupakan hal yang tak
dapat dihindari. Namun, suasana hati antara masyarakat masih sama. Di antara
sarana kerja sama, medium komunikasi yang paling hemat biaya adalah pertukaran
budaya. Menurutnya lagi, buku berperan sebagai sarana penting dalam pertukaran
budaya.
Saat
membahas novelnya "Laughter and Tears: A Novel", Liu Zhenyun,
berkata, "Penulis harus memperhatikan sejarah, masa kini, dan masa depan
sebuah bangsa," dan di sisi lain, penulis harus juga memperhatikan
kehidupan, serta menyatukan idenya sendiri dan penetrasi artistik. Menurutnya,
"kedua hal ini sangat berperan besar".
Mengenai
"humor", menurut pendapat Liu, bentuk terbaik dari humor adalah
"humor di balik argumen". Meski humor menemui keterbatasan dalam
penerjemahan, humor di balik argumen dapat menembus batas-batas negara dan
bangsa. Dengan gaya humor ini, karya Liu terasa relevan dengan pembaca di
seluruh dunia, bahkan menjadi penghubung karya sastra dan komunikasi kebudayaan
antara Tiongkok dan negara lain.
Di Kuala
Lumpur International Book Fair, Liu Zhenyun mengajak penerbit dan pembaca di
seluruh dunia untuk menghadiri Beijing International Book Fair
(BIBF) Ke-29 pada 15-18 Juni mendatang. Ajang ini akan menjadi sarana
"membaca dunia, serta menjalin koneksi." (Tim Liputan).
Editor : Aan