Menteri Kesehatan RI, Budi G. Sadikin |
KALBARNEWS.CO.ID (JAKARTA) - Kemandirian vaksin dalam negeri menjadi salah satu upaya pemerintah dalam transformasi kesehatan, khususnya pada pilar ketiga. Antara lain dengan menjalin koordinasi lintas sektor untuk jejaring riset, transfer teknologi dan kerja sama global untuk inovasi.
Sebagai
implementasi, Indonesia melalui Bio Farma, telah melakukan penandatanganan
perjanjian kerjasama dengan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations
(CEPI) untuk percepatan penanggulangan pandemi pada 19 September 2023.
Kolaborasi ini diharapkan akan meningkatkan akses vaksin yang lebih merata yang
diperlukan untuk penanggulangan pandemi di masa mendatang
Menteri
Kesehatan RI, Budi G. Sadikin menyambut baik pencapaian yang diraih CEPI dan
Bio Farma, terutama untuk meningkatkan kontribusi Indonesia dalam ketahanan
pasokan dan kemandirian vaksin, terutama di wilayah ASEAN dan global south
“Kerjasama
ini tentunya dapat mendorong pengadaan vaksin yang cepat dan efisien untuk
penanggulangan pandemi di masa yang akan dating,” ungkap Menkes Budi
Direktur
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Lucia Rizka
Andalucia menyampaikan,
“Bio
Farma telah menjadi salah satu pemain penting dalam memerangi penyakit menular
dengan penyediaan produksi vaksin untuk kebutuhan dalam dan luar negeri.
Kerjasama ini diharapkan dapat menjadi kesempatan untuk Bio Farma dalam
memperkuat kapabilitas riset dan produksinya dalam rangka menjalankan peran
sebagai supplier produk vaksin di tingkat global,”
Kerjasama
ini akan menghadirkan teknologi produksi vaksin terkini yaitu viral vector dan
mRNA ke Indonesia dan kawasan ASEAN serta mendukung ketersediaan produk dan
meningkatkan kapasitas produksi vaksin.
Selain
itu, Indonesia (Bio Farma) juga akan memiliki fasilitas laboratorium bioprocess
yang akan digunakan untuk pengembangan dan pengujian teknologi vaksin mRNA dan
viral vector. Sistem Good Manufacturing Practices (GMP) juga akan diterapkan
pada fasilitas yang digunakan untuk produksi vaksin yang akan digunakan pada
uji Klinis Fase-2 dan fase 3 dan untuk keperluan produksi komersial terbatas.
Ketika
fasilitas tersebut sudah beroperasi penuh, Indonesia akan mampu memasok vaksin
mRNA dan viral vector untuk menanggulangi berbagai macam jenis kejadian luar
biasa dalam rentang waktu yang relatif singkat, yakni dalam 100 hari sejak
patogen virus baru teridentifikasi.
Dr.
Richard Hatchett, CEO CEPI menyampaikan “Dunia harus mampu merespon dengan
cepat dan adil jika kita ingin mengurangi kejadian luar biasa (wabah) di masa
datang yang berpotensi menjadi pandemic. Kerjasama dengan Indonesia melalui Bio
Farma ini akan memberikan kontribusi baru terhadap tujuan tersebut dengan cara
mengembangkan fasilitas kelas dunia yang dimiliki oleh Bio Farma dengan
teknologi produksi terbaru yakni, vaksin mRNA dan viral vector.
Lebih
penting lagi, kapabilitas dalam memproduksi vaksin mRNA yang diterapkan melalui
kerjasama ini dapat memberikan percepatan dan keadilan akses vaksin bagi
negara-negara di kawasan ASEAN Ketika menghadapi ancaman wabah.”
Hal
senada disampaikan Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya “Kolaborasi antara
Bio Farma dan CEPI akan meningkatkan kapabilitas industri yang berada di
wilayah negara berkembang untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi potensi
munculnya pandemi. Kolaborasi ini merupakan salah satu pencapaian bagi Bio
Farma dalam rangka berkontribusi pada kesehatan dunia, dan memberi kemudahan
akses produk vaksin di masa sulit seperti pandemi, khususnya di kawasan ASEAN.”
Fasilitas
produksi terbaru merupakan bagian Misi 100 Hari CEPI (CEPI‘s 100 Days Mission)
yang didukung oleh negara G7 dan G20 yang bertujuan untuk mengurangi waktu yang
diperlukan dalam proses pengembangan vaksin yang aman, efektif saat kejadian
luar biasa dan dapat diakses oleh banyak kelompok di belahan penjuru dunia.
(Sumber : Humas Kemenkes RI).
Editor
: Heri