KALBARNEWS.CO.ID (BEIJING) -- Birol, seorang
pemandu tur wisata berbahasa Mandarin di Istanbul, Türkiye, menganggap teh hitam sebagai unsur yang sangat
melekat dalam rutinitas sehari-harinya. Sebenarnya, Birol tidak sendirian.
Keluarga di Türkiye memiliki kebiasaan menikmati secangkir teh hitam yang
disajikan dengan ketel khusus yang disebut "çaydanlık". Kebiasaan minum teh pun menjadi unsur yang sangat erat
dalam keseharian masyarakat Türkiye.( 17 Oktober 2023 ) Perpaduan Teh Dan Kebudayaan Di Jalur Sutra
Teh hitam selalu hadir dalam setiap jamuan, mulai dari sarapan
hingga makan malam, serta minuman yang disajikan ketika menyambut tamu dan
mengadakan pesta, seperti dijelaskan Briol.
Di
Türkiye, teh memiliki sejarah panjang hingga lebih dari dua abad, serta menjadi
unsur penting dalam kebudayaan lokal sehingga sangat melekat dalam keseharian
warga. Kini, Türkiye adalah salah satu konsumen teh terbesar di dunia.
Hal ini
semakin terlihat jelas dari partisipasi Türkiye dalam Belt and Road Initiative
(BRI). Secara historis dikenal luas atas tradisi minum teh, Türkiye
meningkatkan kerja sama perdagangan dan kebudayaan lewat BRI.
Selain
Türkiye, sejak Tiongkok menggagas BRI pada 2013, inisiatif ini sangat berperan
dalam memobilisasi sumber daya, serta mempererat konektivitas antara berbagai
negara dan merealisasikan prospek pertumbuhan.
Dalam
dekade terakhir, perdagangan dan investasi terus berkembang. Pada periode
2013-2022, nilai total impor dan ekspor antara Tiongkok dan negara-negara BRI
lain mencapai $19,1 triliun dengan laju pertumbuhan rata-rata tahunan
yang tercatat 6,4%, menurut sebuah laporan yang dirilis Dinas Informasi Dewan
Negara Tiongkok pada 10 Oktober lalu.
Pada
akhir Agustus 2023, lebih dari 80 negara dan organisasi internasional mendukung
Inisiatif Tiongkok untuk Meningkatkan Kerja sama di Jalur Belt and Road.
Tiongkok pun menandatangani 21 kerja sama perdagangan bebas dengan 28 negara
dan wilayah, serta terus meningkatkan kerja sama ekonomi dan konektivitas
perdagangan dalam naungan BRI.
Pasar
teh global yang berkembang pesat
Ekspor
teh Tiongkok turut mengalami pertumbuhan yang stabil pada 2022. Tiongkok
mengekspor 375.300 ton teh, atau mengalami kenaikan 1,59% dibandingkan nilai
ekspor tahun sebelumnya, menurut data Kepabeanan Tiongkok.
Jika
diperinci, ekspor teh hijau mencapai 313.900 ton, atau menguasai porsi 83,6%
dari ekspor teh total Tiongkok. Di sisi lain, porsi ekspor teh hitam dan teh
oolong masing-masing tercatat 8,9% dan 5,2%.
Negara-negara
peserta BRI juga mengalami kenaikan ekspor teh. Kenya, misalnya,
mengekspor 1,4 juta teh ke Tiongkok pada 2022, menurut data Tea Industry
Committee of the China Association, Promotion of International Agricultural
Cooperation
Sebagai
penghasil teh yang tergolong produktif, Kenya memproduksi lebih dari
450 juta teh setiap tahun. Industri teh bahkan berkontribusi sekitar 23%
terhadap pendapatan dari perdagangan luar negeri Kenya, menurut Tea
Directorate. Sektor ini juga mendukung mata pencaharian sekitar lima juta warga
di Kenya, baik secara langsung dan tidak langsung. Jumlah
penduduk Kenya mencapai 53 juta jiwa.
Tahun
ini, Kenya terus meningkatkan volume ekspor teh berkat kenaikan
penjualan teh ortodoks dan teh hitam ke Tiongkok, menurut Agriculture and Food
Authority, Kenya.
Selain
teh, perdagangan lain juga berkembang antara kedua negara ini melalui
Mombasa-Nairobi Standard Gauge Railway (SGR) yang diluncurkan pada 2017,
cikal bakal BRI. Jalur kereta ini memfasilitasi kelancaran pengiriman barang
impor dalam jumlah banyak dari area pelosok, meningkatkan rantai logistik dan
pasok barang, serta menjadi moda transportasi yang cepat, efisien, dan hemat
biaya untuk pengiriman barang dalam jumlah banyak.
Sepanjang
delapan bulan pertama pada 2023, nilai perdagangan Tiongkok di segmen produk
makanan, termasuk teh, dengan negara-negara BRI mencapai RMB
553,82 miliar ($76,10 miliar), naik sebesar 10,4% dibandingkan
periode serupa pada tahun lalu, serta naik sebesar 162% dibandingkan 2013,
menurut data resmi.
Pada
2022, nilai perdagangan Tiongkok di segmen produk makanan dengan negara-negara
BRI mencapai RMB 786,31 miliar, naik sebesar 135,3% dibandingkan
2013, menurut Kepabeanan Tiongkok.
Pada
Juni tahun ini, Tiongkok telah meresmikan lebih dari 200 kerja sama BRI
bersama 152 negara dan 32 organisasi internasional sehingga memperluas
keberagaman dan skala perdagangan produk pangan.
Jalur
perdagangan teh yang bersejarah menyebarkan budaya minum teh
Sepanjang
sejarah, budaya minum teh di Tiongkok sangat berkaitan dengan ekspedisi dagang
di rute historis seperti Tea Horse Road. Rute ini berawal dari dua
provinsi di Tiongkok Barat Daya, Sichuan dan Yunnan, lalu
melintasi sisi timur Pegunungan Hengduan, pusat wilayah penghasil teh di
Tiongkok, sebelum mencapai India yang berada di selatan Himalaya.
Rute
perdagangan bersejarah lain, jalur perdagangan teh kuno, berawal dari
Pegunungan Wuyi di Fujian, Tiongkok Tenggara, membentang sekitar 13.000
kilometer. Rute ini terdiri atas jaringan perdagangan dan jalur karavan yang
bersilangan dengan Tiongkok hingga mencapai Eropa sehingga berperan besar
menyebarkan teh asal Tiongkok ke negara-negara asing.
Jalur
perdagangan teh kuno merupakan rute perdagangan penting yang menggabungkan moda
transportasi air dan darat guna memfasilitasi perdagangan teh, serta memenuhi
kebutuhan beragam komunitas adat di Tiongkok Barat Laut, seperti dijelaskan
Huang Baiquan, seorang Guru Besar Ilmu Sejarah dan
Kebudayaan, Hubei University.
Rute
perdagangan ini melintasi beragam iklim dan lanskap, serta berperan sebagai
sarana terjalinnya kehidupan yang harmonis antara berbagai aktivitas ekonomi,
serta mata pencaharian berbagai masyarakat yang berada di sepanjang rute
tersebut, menurut Huang.
Rute
perdagangan bersejarah sejalan dengan rute utara Silk Road Economic Belt
Tiongkok, serta menjadi unsur utama dalam BRI. Rute perdagangan ini membina
keberagaman ekonomi dan mendorong pertukaran ide dan wawasan secara
multidimensional antara Tiongkok Selatan dan Utara, Rusia, serta Eropa.
Dalam
proses budi daya dan pengolahan, transportasi, perdagangan, dan konsumsi teh,
masyarakat dari beragam suku bangsa dan negara di sepanjang jalur perdagangan
teh kuno telah mengembangkan dan mempertahankan budaya minum teh yang dinamis
dan beraneka ragam, seperti dijelaskan Huang. (Tim Liputan)
Editor : Aan