Sholihin HZ (Ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Kalimantan Barat) |
KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK) - Ramadan akan berakhir yang sebulan lalu berada
disekitar kita, membersamai kita meskipun diantara kita ada yang tidak
menghiraukannya.
Ramadan datang dengan membawa
ampunan, kemaafan dan pesan untuk peduli dengan sesama makhluk. Kini Ramadan
telah meninggalkan kita. Pertemuan yang akan dating? Hanya aka nada dua
pilihan.
“Kita
masih ada sehingga bisa menemui Ramadan atau kita tidak akan ketemu karena kita
telah berpindah alam,”.
Sejatinya, Ramadan terutama pada
akhir Ramadan, ibarat sebuah pekerjaan maka ia akan mendekati titik akhir
dengan finishing dan penghalusan. Digembleng oleh Ramadan untuk menjadi pribadi
yang tepat waktu melalui teapt waktu saat berbuka puasa.
Dibina untuk menghidupkan
malam-malam yang dilewati dengan sholat malam melalui tarawih/witir dan tahajjud. Dilatih untuk mengendalikan
sesuatu yang halal melalui didikan menahan makan dan minum siang hari Ramadan.
Dibimbing untuk dekat dengan
Al-Quran karena mulianya Ramadan salah satunya karena di dalam bulan ini al
Quran diturunkan, pesannya adalah jika ingin mulia maka bersahabatlah dengan al
Quran meskipun di luar Ramadan.
Akhir Ramadan kita dijanjikan
ampunan dan kemuliaan dengan adanya “lailatul qadar” atau malam kemuliaan. Yang
beribadah pada malam itu dan dikehendaki-Nya bagi seorang hamba maka berbagai
kemuliaan didapatkannya dan status keadaan saat itu adalah min al fi
syahrin atau lebih baik dari seribu
bulan.
Bersumber dari hadits Nabi SAW
yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban disebutkan “sesungguhnya amal itu di
penghujung”.
Pesan yang dapat diambil dari
hadits ini adalah semangat beramal salah satunya dengan menjaga kekonsistensian
kita dalam beramal. Konsistensi dan semangat sejak awal, saat pertengahan dan
akhir dari perbuatan itu sendiri.
Guyonan penulis terkait yang terakhir
ini adalah, kebanyakan kita semangat di awal Ramadan dan datang paling awal
namun di akhir Ramadan jangan orangnya, sandalnya sudah tidak kelihatan. Kita
perkuat keyakinan atas bimbingan Allah SWT semoga istiqamah sejak awal hingga
akhirnya.
Saudaraku, Allah SWT sangat
menyayangi kita, hanya kita yang tidak tahu bagaimana memahami kasaing
sayang-Nya. DIA sangat tahu dengan kondisi kita hanya kita yang tidak tahu
bagaimana menempatkan diri kita saat berhadapan dengan-Nya. DIA Pemilik jiwa
raga kita, Dia yang mengatur dan memberi rezeki kita dan kita diingatkan hanya
untuk bersyukur. Meskipun nyatanya IA sindir kita dengan qoliilan maa tasykurun
(sedikit sekali yang bersyukur).
Sangat banyak pelajaran yang bisa
kita ambil manakala kita mau sejenak merenungkan diri untuk muhasabah Ramadan. Bukankah setiap
perintah yang diwajibkan-Nya pasti banyak kebaikan dan kemaslahatan di
dalamnya.
Demikian juga larangan yang
dikeluarkan-Nya adalah mengandung kebaikan untuk hamba-Nya. Selama 12 bulan
kita beraktifitas dengan berbagai situasi dan keadaan, dengan pergaulan sekitar
kita yang kita ketahui haramnya, kita ketahui halalnya namun kadang terlewatkan
dengan yang syubhatnya maka Ramadan dihadirkan-Nya seakan bak charge keimanan
agar terjaga fitrah kesucian kita.
Dibuka-Nya pintu ampunan,
dilipatgandakan-Nya segala kebaikan, disediakan-Nya moment-moment istimewa
untuk simpuh menangis dan menyesali segala dosa.
Ramadhan tidak hanya sebatas
ibadah ritual untuk investasi pribadi, Ramadhan adalah bulan yang mengajarkan bahwa
di sekitar kita ada anak-anak yatim yang perlu disantuni, ada janda-janda
miskin, ada panti asuhan yang perlu bantuan, ada orang tua papa yang tidak
dipedulikan oleh anak-anaknya.
Ramadan seakan angin segar bagi
orang-orang lemah (mustadh’afin) yang menjadi ladang amal bagi siapapun yang
ingin menyucikan hartanya melalui zakat baik zakit fithrah, mal maupun infaq
dan shadaqah. Sebagai bahasan terakhir, penulis nukilkan hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Daud dan ad Daruquthni, “Rasulullah saw mewajibkan zakat
fitrah sebagai pembersih bagi orang-orang yang berpuasa dari segala perbuatan
sia-sia dan ucapan yang tidak pantas sebagai makanan bagi orang-orang miskin.…”
Panjatkan doa semoga amaliah
Ramadan 1445 H diterima oleh Allah SWT dengan segala kelebihan dan kekurangannya dan disampaikannya kita menemui
Ramadan 1446 H dalam keadaan sehat lahir dan batin. Taqobbalallahu Minna wa
Minkum.
Penulis : Sholihin HZ (Ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Kalimantan Barat)