Bongkar Mitos-Mitos Digital Marketing di Marketeers Tech For Business 2024
KALBARNEWS.CO.ID (JAKARTA) - Mungkin Anda
menjadi salah satu orang yang frustasi karena digital marketing yang sudah lama
dijalankan dan berbujet besar tak membuahkan hasil. Sudah merogoh dompet
perusahaan dalam-dalam untuk merekrut artis sebagai influencer, tapi tidak mendatangkan
cuan juga. Kampanye marketing Anda pun juga tidak bunyi alias tidak berdampak
apa-apa. (31 Mei 2024).
Banyak
riset menyatakan faktor terbesar penyebab kegagalan digital marketing adalah kurangnya
marketing strategy dan tujuan yang jelas. Digital marketing gagal karena sering
dipisahkan dari strategi bisnis secara keseluruhan.
Tak
sedikit merek dan perusahaan yang terjebak pada mitos-mitos dan kesalahkaprahan
seputar digital marketing.
Marketeers
Tech for Business 2024 hadir kembali ketiga kalinya untuk menjawab persoalan tersebut.
Dengan
mengusung topik Digital Marketing Mythbusting, sejumlah mitos akan dibongkar
dan kesalahkaprahan seputar digital marketing akan diluruskan di seminar
digital marketing terakbar pada 4 Juni 2024 di CGV Grand Indonesia, Jakarta ini.
Hadir
para pembicara pilihan yang berperan sebagai mythbuster. Mereka berasal dari industri-industri
berbeda yang sukses menerapkan digital marketing yang berdampak.
Mereka
antara lain Mars Ega Legowo Putra selaku Director of Regional Marketing
Pertamina Patra Niaga, Iwan Setiawan selaku CEO MarkPlus, Inc. & Marketeers,
Joel Hartanto Kereh selaku Founder & CEO Fazpass (Astranauts & Astra
InnovLab Alumni), Kukuh Prayogi selaku Enterprise Sales Director Infobip, Tri
Suranto selaku Technology & Development Lead Shares Services Pertamina,
Aditya Sofyan selaku Strategic Director dentsu Indonesia, Puspita Winawati
selaku Marketing Director Pocari Sweat, Dara Prayoga selaku Head of Digital Creative
Astra Digital, Irfansyah Putra selaku Head of Country Marketing IKEA Indonesia,
dan masih banyak lagi.
Bongkar
Sembilan Mitos Apa saja mitos digital marketing yang akan dibongkar? Pertama,
bigger influencer akan otomatis memberi bigger impact. Kenyataannya tidaklah
demikian. Belum tentu dengan menggandeng influencer yang mempunyai follower
banyak, merek akan mendapat manfaat yang banyak pula.
Kedua,
trafik nomor satu. Memang, trafik itu penting, namun bukan penentu satu-satunya
kesuksesan digital marketing. Masih ada elemen lain yang menyokongnya, seperti
besarnya impresi, kuatnya engagement, pentingnya customer relationship
management (CRM), konversi ke penjualan, dan sebagainya.
Ketiga, digital marketing disamakan dengan aktivitas selling di kanal online. Faktanya, aktivitas jualan hanya satu dari banyak elemen dari digital marketing.
Keempat,
online kills offline. Banyak yang mengira bahwa tren online akan mematikan
offline. Kelima, bottom funnel dianggap paling penting. Kenyataannya, untuk
sampai pada tahap keputusan pembelian ini, pelanggan harus melewati seluruh
customer journey.
Keenam,
digital marketing itu hanya berlaku untuk perusahaan teknologi. Faktanya semua industri
membutuhkan digital marketing. Ketujuh, digital marketing itu trial &
error.
Masih
banyak merek yang menganggap digital marketing sebagai proyek coba-coba.
Kedelapan,
di dunia digital, Gen Z disamakan dengan Milenial. Padahal, kedua generasi itu memiliki
karakter dan preferensi yang berbeda. Kesembilan, content marketing disamakan dengan
digital advertising. Faktanya, itu merupakan dua hal berbeda. (Tim Liputan)
Editor
: Aan