Kenang Peristiwa Mandor, Ulidal Muchtar Kadis Sosial Sintang Ajak Jasmerah

Editor: Redaksi author photo

Ulidal Muchtar Kadis Sosial Sintang Ajak Jasmerah

KALBARNEWS.CO.ID (SINTANG)
- Pemerintah Kabupaten Sintang melalui Dinas Sosial Kabupaten Sintang melaksanakan upacara Hari Berkabung Daerah Provinsi Kalimantan Barat di Halaman Kantor Bupati Sintang pada Jumat, 28 Juni 2024. 


Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sintang Ulidal Muchtar pada upacara tersebut bertugas membacakan Sejarah Singkat Makam Juang Mandor menjelaskan bahwa Sejarah perjuangan rakyat Kalimantan Barat melawan penjajahan asing merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah perjuangan nasional bangsa Indonesia dalam merintis, merebut dan mempersembahkan serta mempertahankan maupun mengisi kemerdekaan, dengan demikian jiwa semangat nilai juang dan kejuangan sangat patut untuk dilestarikan dan mendapatkan penghormatan seta penghargaan.


“Peristiwa Mandor yang terjadi pada 28 Juni 1944 sesungguhnya sudah dimulai sejak 19 Desember 1941, kesemua rangkaian itu telah mengakibatkan gugurnya beribu korban yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat majemuk Kalimantan Barat. 


Ini seluruhnya adalah bagian dari lembaran gemilang sejarah perjuangan pergerakan nasional kebangsaan di Kalimantan Barat, dan memberikan pengetahuan bahwa dalam perjuangan menentang fasis militer tentara pendudukan Dai Nippon Teikoku Jepang antara 1941-1945 tak sedikit rakyat Kalimantan Barat yang gugur sebagai pejuang syuhada kusuma bangsa.


Ulidal Muchtar mengatakan di masa Perang Dunia ke II antara tahun 1942-1945 Kalimantan Barat telah kehilangan satu generasi terbaiknya, akibat kekejaman, kebengisan dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan secara keji. 


"Mengacu pada publikasi pers militer Jepang surat kabar Borneo Shinbun terbitan 1 Juli 1945 mewartakan bahwa pada 28 Juni 1944 merupakan puncak peristiwa pembantaian sadis sebuah pembunuhan besar-besaran terhadap tokoh terkemuka Kalimantan Barat, elit kesultanan dan kerajaan, cerdik cendekia, intelektual dan berbagai elemen masyarakat lainnya,'jelasnya.


Ulidal Muchtar menjelaskan pemerintah Provinsi Kalimantan Barat yang menyebut Peristiwa Mandor sering dikenal dengan istilah Tragedi Mandor Berdarah yaitu suatu kejadian pembantaian massal tanpa batas etnis dan ras yang dilakukan oleh Tentara Jepang menyebabkan korban sebanyak 21.037 jiwa.


"Dan salah satunya adalah  Raden Abdul Bahry Daru Perdana, 44 tahun, Panembahan Sintang,” terang Ulidal Muchtar.


“Dalam rangka penghormatan dan penghargaan terhadap perjuangan rakyat Kalimantan Barat ini, pemerintah provinsi Kalimantan Barat, ketika itu Pemerintah Daerah Tingkat I Kalimantan Barat, telah membangun kembali Monumen Makam Juang Mandor yang diresmikan pada 28 Juni 1977 oleh Gubernur waktu itu Gubernur Kapala Daerah Tingkat I Kalimantan Barat Almarhum H Kadarusno,” terang Ulidal Muchtar.


Ulidal Muchtar menjelaskan selanjutnya dalam rangka menghormati dan melestarikan jiwa semangat nilai juang dan perjuangan bangsa Indonesia para tokoh dan rakyat Kalimantan Barat dari berbagai elemen masyarakat melawan fasis militer pendudukan Jepang, telah ditetapkan Peristiwa Mandor 28 Juni 1944 sebagai Hari Berkabung Daerah dan Makam Juang Mandor sebagai Monumen Daerah Provinsi Kalimantan Barat berdasar Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 5 Tahun 2007.



“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pejuang syuhada kusuma bangsanya. Dan jangan sekali-kali melupakan atau meninggalkan sejarah atau jasmerah,” ucap Ulidal Muchtar. (Tim Liputan)

Editor : Aan

Share:
Komentar

Berita Terkini