Timur Tengah – Titik Pertumbuhan Baru Dalam Peta Energi Surya
KALBARNEWS.CO.ID ( TIMUR TENGAH) - Kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga surya di negara-negara Timur Tengah akan tumbuh dari 16 GW pada tahun 2023 menjadi 23 GW pada tahun 2024, dan pada tahun 2030 akan mencapai tingkat 100 GW, menurut perkiraan Rystad Energy. Pendorong utama pertumbuhan tersebut adalah Arab Saudi, Oman, Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel, pada tahun 2030 negara-negara tersebut akan menguasai dua pertiga kapasitas panel fotovoltaik di wilayah tersebut. 30.05.2024
Taman surya Sudair adalah salah satu proyek yang baru dilaksanakan; setelah selesai, kapasitas terpasang panel fotovoltaik di Arab Saudi tumbuh dari 1,2 menjadi 2,7 GW).
Proyek yang diumumkan dan direncanakan akan memungkinkan Kerajaan untuk meningkatkan total kapasitas pembangkit listrik tenaga surya hingga 20 GW.
Regulator nasional berencana untuk meningkatkan metrik ini hingga 58 GW, dan dalam hal ini porsi energi terbarukan dalam bauran pembangkit listrik nasional akan melebihi 50% (vs 2% pada tahun 2023).
Sejauh ini, CHPP memainkan peran penting dalam industri pembangkit listrik di Arab Saudi, pembangkit listrik ini tidak hanya berbahan bakar gas dan bahan bakar minyak, namun juga minyak mentah.
UEA berencana meningkatkan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga surya pada tahun 2030 dari 6 GW menjadi 14 GW. Pembangunan taman surya MBR (Mohammed bin Rashid Al Maktoum) akan memainkan peran penting di sini.
Anggarannya sebesar USD 14 miliar: target untuk tahun 2030 adalah 5 GW, yang sebanding dengan kapasitas bersih keseluruhan PLTN Baraka, reaktor keempat yang terhubung ke jaringan listrik pada bulan Maret 2024. Pada gilirannya, Oman bermaksud untuk membangun Kapasitas RES – termasuk panel surya – dari 700 MW pada tahun 2023 hingga 3 GW pada tahun 2025 dan 4,5 GW.
Hal ini antara lain akan menyediakan pasokan listrik untuk elektroliser penghasil hidrogen, seiring dengan rencana Oman untuk menjadi pemimpin global dalam mengekspor hidrogen.
Tingginya rata-rata jumlah hari cerah tahunan di wilayah tersebut, dan pengurangan biaya teknologi selama dekade terakhir merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap pembangkitan tenaga surya di Timur Tengah.
Menurut IRENA, rata-rata biaya global untuk pengoperasian panel surya menurun sebesar 83% selama periode antara tahun 2010 dan 2022 (dari USD 5,124 turun menjadi USD 876 per 1 KW kapasitas), dan biaya rata-rata pembangkitan listrik – sebesar 89% ( dari USD 0,445 turun menjadi USD 0,049 per 1 KW-h). (Tim Liputan)
Editor : Aan