Menunggu Norsan dan Anies

Editor: Redaksi author photo
H. Ria Norsan

KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK) - Seperti menunggu durian matang di pohon, begitulah rasanya menanti kabar dari PDIP tentang nasib dua tokoh, Ria Norsan dan Anies Baswedan. Isu ini telah mengudara dan memenuhi angin politik seperti bau sate yang bikin lapar tengah malam. Namun, hingga detik ini, banteng moncong putih belum juga memberi kepastian. Aduh, padahal gosipnya sudah panas. Bahkan, hampir gosong!

 

Ria Norsan disebut-sebut akan diusung untuk Pilgub Kalbar. Sementara Anies Baswedan katanya bakal dicalonkan di Pilgub DKI Jakarta. Tapi, kok belum diumumkan juga ya? Apa ada yang nyangkut?

 

Sebagai partai besar yang dikenal dengan strategi politik kelas wahid, PDIP tentu tidak asal pilih. Mereka pasti mempertimbangkan segala aspek dengan cermat. Bak meracik rendang agar tidak gosong.

 

Tapi, kenapa rekomendasi buat Norsan dan Anies ini serasa lama sekali diumumkan? Apakah Bu Mega masih mikir-mikir sambil ngopi dan nungguin wahyu turun? Atau mungkin, PDIP sedang mengutak-atik kalkulator politiknya, menghitung plus minus mengusung kader di luar partai?

 

Kita tahu, kalau Norsan dan Anies mau jadi kader PDIP, mungkin urusannya sudah beres. Bu Mega tinggal teken, dan mereka berdua bakal tampil di panggung dengan jaket merah mencolok.

 

Tapi masalahnya, siapa yang mau pindah partai semudah pindah kostum? Terlebih lagi, Norsan sudah terikat dengan Golkar—yang kuningnya sudah mendarah daging sampai ke keluarga besar. Norsan mantan Ketua Golkar Kalbar, istri mantan Bupati Mempawah yang akan maju lagi. Anak dan sepupu anggota DPRD Kalbar. Semua mereka ini berjaket kuning.

 

Nah, kalau tiba-tiba Norsan masuk PDIP, gimana nasib keluarganya yang sudah lama "bernapas" dengan warna kuning? Masa mau pindah warna cuma gara-gara jabatan? Ini bukan soal memilih warna baju untuk kondangan, loh!

 

Sementara itu, kasus Anies jauh lebih menarik dan menegangkan, ibarat drama Korea yang plot twist-nya bikin penonton berdebar. Kita ingat dong, saat Pilgub Jakarta dulu, Anies berhadapan langsung dengan Ahok, jagoan PDIP.

 

Pertarungan itu bukan cuma sekadar pilkada, tapi sudah seperti peperangan epik antara dua kerajaan. Lahir istilah "kampret vs kodok," hingga slogan "ayat mayat", demo 212 yang mewarnai atmosfer npolitik waktu itu. PDIP jelas masih mengingat peristiwa itu dengan sangat baik. Bahkan, mungkin dengan sedikit pahit.

 

Namun, siapa sangka jika sekarang PDIP bisa saja memberikan rekomendasi pada Anies, mantan rival yang dulu begitu sengit? Mungkin saja PDIP ingin menunjukkan bahwa dalam politik, tidak ada musuh abadi—hanya kepentingan yang selalu abadi.

 

Apalagi, melihat koalisi di KIM (Koalisi Indonesia Maju) yang semakin menggeliat, mungkin saja PDIP merasa bahwa kali ini mereka harus bersatu, atau setidaknya bersekutu demi menjaga keseimbangan kekuasaan.

 

Semua ini adalah misteri yang belum terpecahkan. Tapi yakinlah, hari ini atau besok, atau mungkin lusa, drama ini akan mencapai klimaksnya. Apakah PDIP akan benar-benar mengusung Norsan dan Anies, atau justru mereka memilih kembali ke rumah lamanya dengan mengusung kader sendiri? Yang jelas, kita semua akan terus menunggu, sambil berharap kejutan besar di panggung politik nasional. Siap-siap ngopi lagi kita menyaksikan drama politik penuh kejutan ini. #camanewak

 

Penulis : Rosadi Jamani/Bang Ros

Share:
Komentar

Berita Terkini