Penggunaan Kompos Jerami Merupakan Alternatif Mengatasi Ketidak Suburan Sawah Pasang Surut Di Desa Kuala Dua Kubu Raya

Editor: Redaksi author photo
Tim Fakultas Pertanian UNTAN Bersama Warga Desa Kuala Dua Kubu Raya

KALBARNEWS.CO.ID (KUBU RAYA) - Peningkatan produktivitas lahan sawah, terutama pasang surut merupakan unsur penting dalam rangka untuk mencapai ketahanan pangan. Peningkatan produksi padi harus dilaksanakan agar pencapain swasembada pangan bisa terwujud kembali.


Sebagain besar masyarakat Indonesia menjadikan padi sebagai sumber makanan pokok, dan sawah pasang surut berpotensi besar dalam menopang peningkatan produksi beras di Kalimantan Barat.


Kendala yang mungkin dihadapi pada lahan sawah pasang surut adalah tingginya kadar lapisan pirit, masuknya air asin yang berasal dari sungai, tergerusnya hara akibat tercuci saat pasang dan surutnya air.


Pada kondisi kemarau terkadang tanahnya akan mengeras dan pecah-pecah. Satu teknologi yang dapat menjadi bagian dalam mengatasi masalah pada sawah pasang surut adalah aplikasi kompos yang dapat mengurangi keracunan pirit, lebih tahan terhadap meningkatnya kadar garam di lahan, mengurangi kejadian tanah yang mengeras dan retak disamping sebagai sumber pupuk yang diperlukan oleh tanaman.


Suatu bentuk tanggung jawab dosen perguruan tinggi seperti Fakultas Pertanian UNTAN adalah menawarkan teknologi kompos berbahan dasar jerami padi.


Pemilihan bahan untuk kompos dengan pertimbangan akan mengembalikan hara yang terambil tanaman dan komposisinya akan sesuai dengan kebutuhan tanaman padi.


Pemanfaatkan kompos untuk mengembalikan kesehatan tanah dan mendukung pertanian berkelanjutan dan ramah terhadap lingkungan.


Kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh tim pengajar prodi magister Agroteknologi Faperta UNTAN terdiri    Fadjar Rianto, Tris Haris Ramdhan, Edy Syahputra dan Cico JK Simamora dilaksanakan di Kelompok Tani (Poktan) Usaha Bersama desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya.


Materi meliputi proses pembuatan kompos dari jerami padi dan perannya dalam meningkatkan produktivitas lahan sawah pasang surut. Selain itu saat acara dilaksanakan juga dihadiri oleh PPL setempat, ibu Wiwik.


Penyampaian materi dilakukan melalui ceramah, diskusi, dan demonstrasi pembuatan kompos dari jerami padi dengan menggunakan mikroba dekomposer yang tidak saja bisa menghancurkan bahan organik, tetapi juga bisa sebagai pupuk hayati dan agens hayati.


Mikroba dekomposer ini merupakan hasil pengembangan yang dilakukan salah satu tim PKM di lab. Penyakit Tanaman Faperta UNTAN, sesuai dengan disiplin bidang ilmunya.


Dampak yang diharapkan dari mikroba ini selain membantu melepaskan hara dari jerami juga dapat membuat tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit, hama wereng batang, dan kekeringan.


Mikroba yang dikembangkan tersebut adalah Trichoderma harzianum isolat sgu13, tidak saja sebagai antagonis terhadap berbagai jenis jamur patogen, tetapi juga membentuk resistensi terinduksi pada tanaman.


Bahan yang digunakan dalam pembuatan kompos memungkinkan juga dikombinasikan dengan hijauan yang biasa digunakan sebagai pupuk hijau. Selain dapat memperkaya hara juga untuk mempercepat proses pengomposan.


Pada acara diskusi juga mengemuka adanya gangguan hama dan penyakit yang dapat menurunkan produksi.


Ada bahan dari tanaman yang dapat dimanfaatkan dalam mengendalikan hama dan penyakit, diantaranya nimba dan bintaro, serta banyak jenis tanaman lainnya. Khasiat, cara meramu dan pemakaiannya secara rinci direncanakan untuk diberikan pada acara kegiatan pengabdian berikutnya oleh tim yang sama. (Fiera/tim liputan).


Editor : Heri

Share:
Komentar

Berita Terkini