Tenaga Air Sumbang Sepertiga Dari Pertumbuhan Kapasitas Energi Terbarukan Di Afrika
KALBARNEWS.CO.ID (AFRIKA) - Pada tahun 2023, pembangkit listrik tenaga surya dan angin menyumbang 95% penambahan kapasitas energi terbarukan global, sementara pangsa semua sumber terbarukan lainnya, termasuk pembangkit listrik tenaga air, hanya sebesar 5%.
Sebagaimana dikatakan oleh Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA), Afrika sedikit keluar dari tren global, di mana pengenalan energi terbarukan hampir merata antara pembangkit listrik tenaga surya, angin, dan air. Tanggal 12.10.2024.
Salah satu proyek pembangkit listrik tenaga air utama yang dilaksanakan di Afrika tahun lalu adalah commissioning unit terakhir dari empat unit pembangkit listrik tenaga air Zungeru (HPP) di Nigeria. Fasilitas tersebut terletak di Sungai Kaduna, anak sungai kiri Niger, sungai terbesar di Afrika Barat.
Investasi dalam proyek tersebut mencapai $10 miliar: 75% diinvestasikan oleh China National Electrical Engineering Corporation (CNEEC) dan 25% berasal dari anggaran negara. Fasilitas berkapasitas 700 MW tersebut adalah salah satu dari tiga HPP terbesar di Nigeria, yang juga mencakup HPP Kainji di Sungai Niger (760 MW) dan HPP Shiroro (600 MW) di Sungai Kaduna yang disebutkan sebelumnya.
Pada saat yang sama, negara tersebut memiliki potensi besar untuk kapasitas baru: menurut Asosiasi Tenaga Air Internasional, hingga 14 GW kapasitas tenaga air dapat ditempatkan di wilayah perairan Nigeria, yang merupakan lima kali lipat kapasitas semua HPP lokal saat ini.
Proyek besar lainnya adalah peresmian PLTA Kafue Gorge Lower berkapasitas 750 MW yang terletak 90 kilometer dari ibu kota Lusaka. Fasilitas tersebut memiliki lima unit tenaga air yang dapat menghasilkan TWh listrik per tahun, yang setara dengan 15% dari konsumsi listrik tahunan Zambia.
Sementara itu, proyek-proyek kecil tahun lalu di Afrika mencakup peresmian PLTA Tigo berkapasitas 10 MW untuk memasok listrik ke ibu kota Negara Bagian Kano di Nigeria utara.
Sejumlah proyek di kawasan ini masih dalam tahap pra-investasi. Misalnya, tahun lalu Pemerintah Tanzania dan Badan Pembangunan Prancis (AFD) menandatangani perjanjian pembangunan PLTA bendungan di Sungai Kagera, salah satu yang terbesar di Afrika Timur. PLTA berkapasitas 88 MW itu akan mampu memasok listrik bagi 3 hingga 4 juta orang. Total biaya proyek akan mencapai $307 juta, $271 juta di antaranya akan berupa pinjaman dari AFD dan Bank Pembangunan Afrika.
Pada tahun 2023, Pemerintah Mozambik memilih konsorsium EDF dan TotalEnergies dari Prancis dan Sumitomo Corp. dari Jepang sebagai mitra teknologi dalam pembangunan PLTA run-of-river Mphanda Nkuwa berkapasitas 1,5 GW. Proyek itu akan dilaksanakan 60 kilometer dari kota Tete di lembah Sungai Zambezi, sungai terpanjang keempat di Afrika.
Pembangunan pembangkit listrik tenaga air merupakan salah satu cara untuk mengatasi defisit energi di Afrika. Menurut Bank Dunia, tingkat elektrifikasi di Afrika sub-Sahara pada tahun 2022 adalah 51% (tidak termasuk Afrika Selatan), dengan daerah pedesaan hanya sedikit di atas angka 30%. (Tim liputan)
Editor : Aan