Minggu Kedua Local Project: AIESEC in Untan Dorong Inklusi dan Pemberdayaan Lokal

Editor: Redaksi author photo

 Minggu Kedua Local Project: AIESEC in Untan Dorong Inklusi dan Pemberdayaan Lokal

KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK) -  AIESEC 
 in Untan dengan bangga mengumumkan bahwa Local Project telah memasuki minggu kedua pelaksanaannya. Di mana berbagai aktivitas yang inovatif dan edukatif telah dilaksanakan. Selama minggu pertama, para partisipan telah terlibat dalam sejumlah kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan serta meningkatkan kesadaran akan isu-isu sosial.


Memasuki minggu kedua, terdapat empat kegiatan menarik yang telah dipersiapkan untuk memperkaya pengalaman para peserta. Kegiatan tersebut meliputi IR Session with Hana Sato, Local Project Goes to Kampung Tenun, Local Project x Kelas Sunyi, serta Rehearsal. Setiap kegiatan memiliki fokus dan tujuan yang unik, namun semuanya saling terhubung sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Local Project AIESEC in Untan.


IR Session with Hana Sato

Sesi ini menjadi salah satu sesi yang paling dinantikan dalam rangkaian kegiatan Local Project, khususnya karena kehadiran Hana Sato, seorang narasumber dari Jepang. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat, Hana Sato berbagi wawasan mengenai sistem pendidikan di Jepang, yang dikenal dengan ketatnya aturan dan tingginya standar disiplin. Para partisipan tampak sangat antusias mengikuti sesi ini, yang tak hanya menjadi momen pembelajaran tetapi juga memperkaya pemahaman mereka tentang budaya pendidikan di negara lain.



Setelah sesi utama selesai, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Panitia dari Local Project sudah mempersiapkan platform Google Form untuk menerima pertanyaan dari partisipan. Pertanyaan-pertanyaan ini kemudian akan dipilih oleh Hana Sato sendiri untuk dijawab langsung. Jawaban yang diberikan oleh Hana Sato tidak hanya memberikan klarifikasi tambahan, tetapi juga memberikan wawasan mendalam terkait perspektif pendidikan di Jepang.


Local Project Goes to Kampung Tenun

Local Project kali ini membawa para partisipan untuk lebih dekat dengan budaya dan kearifan lokal melalui kunjungan ke Kampung Tenun, sebuah kawasan yang terletak di Siantan Hilir, Kalimantan Barat. 


Kampung Tenun dikenal dengan industri kerajinan tenun dan rajut tradisionalnya yang kaya akan warisan budaya. Saat rombongan tiba, para partisipan yang sebelumnya telah dibagi menjadi lima tim, masing-masing memiliki agenda tersendiri yang sudah dirancang dengan cermat.


Tujuannya adalah untuk memberikan pengalaman yang berkesan mengenai kegiatan menenun dan merajut yang sudah diwariskan turun-temurun di kampung tersebut.


Tim 2, Tim 3, dan Tim 4 diberikan kesempatan untuk mengunjungi tempat penenunan terlebih dahulu. Di tempat ini, para partisipan tidak hanya sekadar melihat, tetapi juga diajak berinteraksi secara langsung dengan para penenun. 


Mereka juga diberikan kesempatan untuk mencoba menenun sendiri sambil dibimbing langsung oleh para penenun. Bagi banyak partisipan, ini adalah pengalaman baru yang sangat menarik, karena mereka dapat merasakan sendiri bagaimana proses dari menenun.  


Sementara itu, Tim 1 dan Tim 5 diarahkan ke bagian merajut. Di sini, para partisipan diperkenalkan dengan seni merajut yang memerlukan keahlian tangan yang telaten.  Setelah sesi awal ini selesai, seluruh tim akan bertukar tempat agar semua partisipan bisa merasakan kedua pengalaman, baik menenun maupun merajut. 


Tim 2, Tim 3, dan Tim 4 yang awalnya menenun, kini beralih ke sesi merajut, sementara Tim 1 dan Tim 5 bergerak menuju tempat penenunan. Proses rotasi ini bertujuan agar setiap partisipan memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang kedua kerajinan tradisional tersebut.


Local Project x Kelas Sunyi: Menyelami Bahasa Isyarat

Dalam sesi yang sangat spesial ini, partisipan akan dibagi menjadi dua kelompok yang akan mengikuti pengalaman terkait bahasa isyarat BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) dan budaya teman-teman Tuna Rungu (Tuli). Kelompok 1 akan diarahkan menuju ruang baca, sementara Kelompok 2 akan berkumpul di ruang pertemuan. 


Setiap ruangan akan diisi dengan satu perwakilan dari komunitas Tuli dan satu penerjemah bahasa isyarat, yang akan membantu menerjemahkan dan memfasilitasi jalannya sesi agar para partisipan bisa memahami semua materi.


Kehadiran perwakilan dari komunitas Tuli bukan hanya untuk memberikan materi, tetapi juga untuk membuka wawasan para partisipan tentang cara berkomunikasi yang berbeda dan unik. Mereka akan memperkenalkan BISINDO, sebuah bahasa isyarat yang digunakan oleh banyak orang Tuli di Indonesia. Setiap partisipan akan diberi kesempatan untuk berlatih memperkenalkan diri mereka menggunakan BISINDO. 


Lebih dari itu, mereka juga akan diberikan nama panggilan oleh perwakilan Tuli, sebuah tradisi yang kerap dilakukan dalam komunitas Tuli di mana nama panggilan tersebut mencerminkan ciri khas dari seseorang. Selain belajar mengenai bahasa isyarat, sesi ini juga memberikan pengenalan tentang budaya komunitas Tuli, yang memiliki nilai-nilai dan cara hidup yang unik.


Sesi ini diakhiri dengan Call to Action, di mana partisipan diajak untuk membuat postingan di media sosial tentang bagaimana mereka memperkenalkan diri dalam bahasa isyarat BISINDO. Ini menjadi sebuah bentuk kesadaran kepada masyarakat luas tentang pentingnya bahasa isyarat ini dalam menjembatani kesenjangan komunikasi antara teman-teman tuli dan orang yang mendengar.


Rehearsal: Kolaborasi Tim dalam Konservasi dan Kreativitas

Pada kegiatan ini terdapat 2 agenda utama. Kegiatan pertama semua tim akan melakukan kegiatan mereka masing-masing. Dimana sebelumnya mereka telah dibagi tugas dan divisi oleh panitia. Tim 1 sebagai divisi konservasi, yang bertugas melakukan penanaman pohon di Kampung Gambut. Tim 2 sebagai divisi observasi, yang bertugas melakukan pengamatan terhadap divisi lain sekaligus berinteraksi dengan warga sekitar. 


Untuk tim 3 akan bertugas sebagai divisi perikanan yang akan membantu menyortir ikan lele dan belajar membuat ikan lele beku bersama warga sekitar. Sedangkan tim 4 akan bertugas sebagai divisi pariwisata yang bertanggung jawab untuk menangani dan mempromosikan kegiatan yang berhubungan dengan pariwisata di Kampung Gambut. Terakhir yaitu tim 5 sebagai divisi UMKM,  bertugas untuk berinteraksi dengan warga, mengumpulkan informasi dan membantu menemukan dan menciptakan solusi terkait beberapa permasalahan yang sedang terjadi di Kampung Gambut.


Rehearsal menjadi agenda terakhir di minggu ke-2 Local Project AIESEC in Untan yang bertujuan untuk mempersiapkan partisipan pada agenda selanjutnya yaitu “School Roadshow”. Kegiatan ini dilakukan di panti asuhan yang berisi anak-anak penyandang disabilitas. 


Semua partisipan akan diajak untuk bermain bersama dengan anak-anak seperti bermain tebak gambar, tebak suara hewan, membuat origami dan bermain permainan menempel kertas. Tidak hanya itu saja, bahkan, panitia juga sudah menyiapkan kegiatan utama yaitu melukis di kanvas dan tote bag. Tentu kegiatan ini akan melatih kreativitas dan imajinasi anak-anak. AIESEC in Untan berharap melalui Local Project ini, para partisipan dapat meningkatkan kesadaran akan lingkungan sekitar, serta bisa mengembangkan potensi dalam berinteraksi satu sama lain. (Reisya Adinda ) 

Editor : Aan



Share:
Komentar

Berita Terkini