Sebuah Cerpan, Bisnis Judi Ala Kementerian |
KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK) - Di Warkop Asiang yang terkenal di Jalan Merapi
Pontianak, Wak Dalek dan Wan Dolah lagi asik ngopi sambil ngobrolin topik yang
tak disangka-sangka: judi online. Mereka bukan pemainnya, tentu, tapi gosip
terbaru soal kementerian yang dikabarkan ‘ngurusin’ situs-situs ini bikin
mereka semangat banget bahasnya.
“Dol, kau tahu dak? Dari 5.000
situs judi yang harusnya diblokir, itu tergantung ‘izin dari atas’ katanya,”
ujar Wak Dalek sambil ngangkat kopinya. “Ada yang berhasil masuk, ada yang
enggak.”
“Hah? Maksudnya gimana, Wak?”
tanya Wan Dolah, matanya melebar kayak baru tahu rahasia negara.
“Dengar-dengar, 4.000 situs itu
kena blokir, sisanya dibina! Dijagain, Dol, biar nggak keblokir,” Wak Dalek
mempraktikkan gaya ‘kawanan’ dengan mimik lebay.
Wan Dolah ngakak. “Hah, dibina?
Ini situs judi atau calon PNS?”
Wak Dalek ketawa keras sampai hampir
tersedak kopinya. “Itu dia, Dol! Mereka bahkan dapat duit tiap bulan. Katanya,
tiap situs yang dijaga itu setor Rp 8,5 juta. Jadi kalau 1.000 situs dibina...
hitunglah, dapat Rp 8,5 miliar, Dol!”
Wan Dolah ngelirik Wak Dalek,
terus matanya bersinar penuh ide. “Jadi, intinya sekarang kalau kita mau jadi
kaya di Indonesia, bukannya buka bisnis atau kuliah tinggi-tinggi, ya, Wak?
Cukup bikin situs judi dan ‘minta perlindungan’?”
“Kurang lebih begitu, Dol.
Tinggal tanya ‘jasa keamanan’ ke Kementerian. Langsung beres,” kata Wak Dalek
sambil menggoyang-goyangkan kopinya kayak habis temukan strategi sukses abad
ini.
“Tapi, yang aku tak habis pikir,
Wak, ini kan kementerian yang tugasnya blokir konten ilegal? Gimana bisa mereka
malah pasang badan buat situs judi?”
Wak Dalek nyengir lebar. “Dol,
kalo kata si tersangka, bola panas itu ngarahnya ke Juhdi Ariel, menteri
mereka. Masa’ Pak Menteri dak tahu apa-apa? Ada 1.000 situs judi dibina, ada
‘setoran’ miliaran, masa iya beliau kayak patung di monumen perjuangan?”
Wan Dolah tepuk jidat. “Iya juga.
Ini kalau anak buah ‘main-main’ gitu, menterinya kemana ya? Lagi main Tetris
mungkin?”
Mereka berdua ketawa sampai
terbatuk-batuk.
“Dol, kalau dipikir-pikir, Pak
Juhdi Ariel tuh kayak tukang parkir jalanan, tau dak? Semua mobil dijaga, tapi
ada beberapa yang dikasih privilege biar gak usah bayar. Bedanya, di sini yang
dikasih privilege situs judi!” Wak Dalek membandingkan dengan gaya berapi-api,
dan Wan Dolah tambah ngakak.
Wan Dolah pura-pura jadi menteri
sambil pura-pura pegang mikrofon. “Maaf, teman-teman, saya cuma menteri ya,
tugas saya mengatur segala urusan di kementerian, tapi masalah yang kecil-kecil
kayak anak buah saya pegangin situs judi? Eh, itu mah masalah internal! Saya
nggak tahu apa-apa,” kata Wan Dolah, menirukan gaya menteri yang kebingungan.
“Aduh, Dol, udah kayak stand-up
komedi ini!” Wak Dalek menepuk bahu sahabatnya sambil ketawa.
“Eh, Wak, udah ah jangan
kebanyakan ketawa. Nanti kita dilaporin ke kementerian, dikira ngelindungi
Warkop Asiang ini buat judi online,” kata Wan Dolah sambil berlagak waspada.
“Betul, Dol! Takutnya nanti
Warkop Asiang dipantau juga, siapa tau dianggap tempat buat ‘menyusun
strategi’, kan serem!” Wak Dalek berkata sambil melirik ke kanan kiri, padahal
jelas banget ini cuma kedai kopi.
“Eh, Wak,” ujar Wan Dolah sambil
masih ketawa, “sebenarnya yang kena ‘bina’ itu situs judi atau kita yang
‘dikelola’ buat jangan kebanyakan mikir?”
Wak Dalek diam sejenak, merenung
sambil mengangkat kopinya. “Kalau kata aku, Dol, kita ini ya cuma orang biasa
yang tahunya cuma dua: kopi panas sama gosip. Jadi biarlah yang di atas situ
terus ‘main Tetris,’ toh kita tetap cuma nonton!”
Dua sahabat ini pun kembali
ngopi, sambil ketawa ngakak, setengah bingung, setengah lega bahwa setidaknya
Warkop Asiang tetap bebas dari ‘perlindungan khusus’. #camanewak.
Penulis
: Rosadi
Jamani (Ketua Satupena Kalbar).