Brasil Memperpanjang Izin Operasi Unit Pembangkit Listrik Pertama PLTN Angra Selama 20 Tahun
KALBARNEWS.CO.ID ( BRASIL) - Komisi Energi Nuklir Nasional Brasil telah memperpanjang izin operasi untuk unit daya pertama Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Angra hingga tahun 2044. Pada saat itu, reaktor air ringan berkapasitas 640 megawatt (MW) itu akan menghasilkan listrik selama hampir 60 tahun. Tanggal 26.11.2024
Unit daya pertama PLTN Angra dilengkapi dengan reaktor WH 2LP, yang dikembangkan oleh perusahaan AS Westinghouse dan menggunakan air biasa sebagai pendingin dan moderator neutron.
Reaktor tersebut pertama kali beroperasi secara fisik pada Maret 1982 dan mulai beroperasi secara komersial pada Januari 1985, yang telah berlangsung selama empat dekade. Ketahanan ini bukanlah hal yang tidak biasa: reaktor WH 2LP juga dipasang di dua unit daya Prairie Island, yang diluncurkan di AS pada tahun 1973–1974, dan kedua unit PLTN Beznau di Swiss, yang mulai memproduksi listrik secara teratur masing-masing pada tahun 1969 dan 1972.
Permohonan perpanjangan masa pakai diajukan pada tahun 2019. Selama lima tahun terakhir, Eletronuclear, operator PLTN Angra, telah memasang generator uap baru, mengganti kepala bejana reaktor, dan memperbarui sistem pemantauan keausan peralatan.
Perbaikan tersebut mengharuskan PLTN ditutup selama beberapa waktu: menurut IAEA, tingkat pemanfaatan rata-rata unit daya pertama turun dari 91,5% pada tahun 2021 menjadi 86,8% pada tahun 2022 menjadi 85,7% pada tahun 2023. Eletronuclear juga berencana untuk menginvestasikan BRL 3,2 miliar (sekitar $550 juta) untuk peningkatan lebih lanjut pada sistem utama PLTN pada tahun 2027 guna memperpanjang masa operasi unit tersebut hingga 20 tahun lagi.
Selain unit daya 640 MW, PLTN Angra memiliki reaktor 1,4 GW, yang diluncurkan pada tahun 2001. Pembangunan unit 1,4 GW lainnya, yang dimulai pada tahun 2010 dan dihentikan pada tahun 2015, dilanjutkan pada tahun 2022, sebagian karena meningkatnya permintaan energi. Menurut Ember, total konsumsi listrik Brasil meningkat sebesar 18% antara tahun 2013 dan 2023, atau sebesar 112 terawatt-jam (TWh) per tahun secara absolut, yang sebanding dengan konsumsi daya tahunan Kazakhstan.
Pada saat yang sama, Brasil adalah pemimpin di antara negara-negara G20 dalam penggunaan sumber rendah karbon, yang menyumbang 91% dari output daya negara itu pada tahun 2023, termasuk 89% dari pembangkit listrik tenaga angin, surya, biomassa dan hidroelektrik, serta 2% dari reaktor nuklir.
Pembangkit listrik termal hanya menyediakan 9% dari total produksi listrik Brasil tahun lalu, turun dari 20% pada tahun 2021. Penurunan pangsa TPP disebabkan oleh ketersediaan gas alam cair (LNG) yang lebih rendah, termasuk karena AS mengubah orientasinya ke pasar Eropa. Menurut Energy Institute, impor LNG Brasil secara keseluruhan turun hingga 87% pada tahun 2023 dibandingkan dengan level tahun 2021 (menjadi 1,3 miliar meter kubik dalam ekuivalen regasifikasi).
Meskipun demikian, Brasil dapat meningkatkan kapasitas agregat terminal regasifikasi LNG-nya hingga lebih dari 80% melalui proyek-proyek yang telah dilaksanakan dan direncanakan (dari 59 miliar meter kubik menjadi 109 miliar meter kubik per tahun, menurut Global Energy Monitor). (Tim Liputan)
Editor : Aan