STY Dan Cinta Yang Tak Terbalaskan |
KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK) - Tulisan
ini mewakili fans Timnas yang merasa sedih ditinggal STY. Bagi yang senang STY
out, baiknya jangan baca.
Sambil bersiap menuju Sambas,
masih ngopi di meja dapur, yok kita bahas kesedihan fans Garuda pasca STY
dipecat PSSI.
Begitulah, cinta kadang tak
berbalas. Tepat ketika ia sedang mekar, harum, dan menyatukan segala warna
dalam satu taman indah bernama sepak bola Indonesia, tiba-tiba saja tangannya
dilepaskan. Shin Tae-yong, nama yang kini berpendar di ingatan setiap penggemar
Timnas, dilepas, dihempaskan, seperti daun gugur di musim kemarau.
Tak ada angin, tak ada hujan.
PSSI memutuskan sesuatu yang tak terbayangkan, memecat pelatih yang paling
dicintai rakyat. Pelatih yang bukan hanya mengajarkan strategi, tetapi juga
memupuk harapan di tengah kepahitan kehidupan. Harapan yang, entah bagaimana,
kini dicabut begitu saja.
Bagaimana tidak? STY bukan hanya
pelatih. Ia adalah bapak. Seorang pemimpin yang melatih anak-anak muda
Indonesia dengan cinta dan dedikasi, mengubah mereka dari sekadar pemain bola
biasa menjadi prajurit yang mampu mengguncang Asia. Ia adalah simbol harapan,
bukti bahwa negeri ini masih punya potensi.
Namun, PSSI seperti tak mengerti
arti cinta. Mereka mencabut kebahagiaan itu, tanpa memberi alasan yang masuk
akal. "Kurang harmonis," kata mereka. Ah, alasan itu terdengar
seperti satire yang menyayat. Harmonis? Apakah harmoni itu diukur dengan
perasaan segelintir pengurus, atau dari riuh rendah stadion yang dipenuhi cinta
rakyat?
Kini, nama Patrick Kluivert
muncul sebagai pengganti. Ironis, seorang pelatih yang di Eropa pun dianggap
gagal, bahkan dikaitkan dengan skandal judi online. Apakah ini pilihan terbaik?
Atau sekadar pembenaran atas keputusan gegabah? Bahkan sebelum ia datang, tagar
#PatrickKluivertOut sudah membara.
Tapi fans Timnas tak hanya marah.
Mereka terluka. Sedih yang mendalam berubah menjadi api kemarahan yang menjalar
cepat. Tagar #KosongkanGBK menggema di mana-mana, sebuah bentuk protes yang
sekaligus menunjukkan cinta. Mereka tetap mencintai Timnas, tetapi cinta itu
tak berarti mereka diam saja saat cinta lainnya, yaitu STY, dikhianati.
Kepergian STY adalah simbol
hilangnya satu lagi harapan di negeri ini. Sebuah ironi yang terlalu akrab bagi
kita. Ketika sesuatu yang indah sedang tumbuh, ia dipotong begitu saja. Sepak
bola, satu-satunya hiburan rakyat, kini kehilangan sosok yang menjadi
jantungnya.
Tagar #TerimaKasihSTY kini
menggema. Sebuah ungkapan terima kasih yang tulus, sekaligus ucapan perpisahan
yang menyakitkan. Fans mengerti, tak ada yang abadi di dunia ini, termasuk
pelatih hebat seperti STY. Tetapi cara ia dilepas, di tengah perjalanan menuju
puncak, meninggalkan luka yang akan sulit sembuh. Ia dilepas di saat optimisme
membuncah jelang lawan Australia dan Bahrain. Rasa optimis mulai berubah jadi
rasa pesimis. Tak sedikit bilang, Timnas kembali ke setelan pabrik.
Lawan Australia jadi penentu.
Bila menang, PSSI bisa dan boleh berbusung dada. Bila kalah, bersiaplah, jari
fans Garuda tidak akan berhenti untuk ngerujak. Semua karena cinta yang
dikhianati.
Hari ini bukan sekadar pemecatan.
Ini adalah hari berkabung nasional. Sebuah hari ketika cinta, harapan, dan
kebanggaan dihancurkan oleh keputusan yang tak pernah diminta rakyat. Mungkin,
inilah sepak bola di negeri ini. Bukan hanya soal permainan di lapangan, tetapi
juga drama yang selalu membuat kita menangis, entah karena bangga, atau karena
kecewa. #camanewak
Penulis : Rosadi Jamani (Ketua
Satupena Kalbar)