Mahfud MD: Indonesia Gelap Bukan untuk Dikutuk, tapi Harus Disinari

Editor: Redaksi author photo

Mahfud MD: Indonesia Gelap Bukan untuk Dikutuk, tapi Harus Disinari

KALBARNEWS.CO.ID (JAKARTA) - 
Sedang hangat diperbincangkan publik Tanah Air terkait geliat aksi yang dilakukan oleh massa mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) bertajuk 'Indonesia Gelap'. Aksi ini menjadi sorotan luas karena menyoroti berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat, mulai dari ketidakadilan dalam pengelolaan kebijakan hingga permasalahan ekonomi yang semakin membebani rakyat kecil.


BEM SI menyerukan aksi 'Indonesia Gelap' yang digelar di Patung Kuda, Jakarta, pada Kamis, 20 Februari 2025. Melalui pernyataan resminya, mereka menegaskan bahwa aksi ini merupakan bentuk perlawanan terhadap berbagai kebijakan yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat.


"Kita harus bersuara, karena perubahan tak akan datang dari diam," begitu pernyataan BEM SI melalui akun @bem_si yang tayang pada Kamis, 20 Februari 2025. Seruan ini memperlihatkan bahwa mahasiswa sebagai salah satu elemen kritis masyarakat tidak tinggal diam melihat kondisi bangsa yang mereka anggap sedang mengalami keterpurukan.


"Bersama mahasiswa, rakyat, dan perempuan Indonesia, kita terus bergerak untuk keadilan dan kesejahteraan," lanjut pernyataan tersebut, menegaskan bahwa aksi ini tidak hanya mewakili mahasiswa, tetapi juga masyarakat luas yang turut merasakan dampak kebijakan yang dianggap tidak adil.


Dalam aksi tersebut, BEM SI menyoroti beberapa isu utama yang menjadi keresahan publik. Salah satunya adalah program makan bergizi yang dinilai bermasalah dalam implementasinya. Program yang awalnya diharapkan dapat membantu pemenuhan gizi masyarakat justru diwarnai berbagai kendala, mulai dari ketidakefisienan hingga dugaan penyimpangan anggaran.


Selain itu, isu lain yang turut diangkat adalah kelangkaan gas LPG yang semakin menyulitkan masyarakat kecil. Banyak warga yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan gas LPG bersubsidi, sementara harga di pasaran terus melonjak. Situasi ini semakin memperparah kondisi ekonomi rakyat, khususnya kalangan menengah ke bawah yang bergantung pada LPG untuk kebutuhan sehari-hari.


"Ketika rakyat diam, kebenaran terancam. Ketika penguasa tak terbantahkan, keadilan semakin jauh," ungkap BEM SI dalam pernyataan resminya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa mahasiswa melihat adanya ketimpangan dalam sistem pemerintahan saat ini, di mana kebijakan yang seharusnya berpihak kepada rakyat justru semakin tidak jelas arahnya.


"Dari anggaran yang tak tepat, program makan bergizi yang bermasalah, hingga langkanya gas LPG, masalah terus menumpuk, tapi perjuangan tak pernah berhenti," tandasnya. 


Pernyataan ini mempertegas bahwa mahasiswa tidak akan tinggal diam dan akan terus mengawal kebijakan pemerintah demi kepentingan rakyat.


Gelombang demonstrasi mahasiswa bertajuk 'Indonesia Gelap' ini bukanlah aksi yang pertama kali dilakukan. Sebelumnya, aksi serupa juga telah digelar di lokasi yang sama, yakni Patung Kuda, Jakarta Pusat, pada Senin, 17 Februari 2025. Aksi ini menjadi bukti bahwa keresahan yang dirasakan mahasiswa dan masyarakat tidak bisa dianggap sepele.


Menanggapi aksi mahasiswa ini, mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polkam) RI, Mahfud MD, memberikan pandangan kritisnya. Menurutnya, aksi mahasiswa bertajuk 'Indonesia Gelap' merupakan ekspresi dari kekecewaan yang dirasakan banyak pihak terhadap kondisi negara saat ini.


"Indonesia Gelap itu sebenarnya bagian dari ekspresi kekecewaan," ungkap Mahfud dalam siniar YouTube Mahfud MD Official, yang tayang pada Selasa, 18 Februari 2025. Ia melihat bahwa gerakan ini mencerminkan keresahan kolektif masyarakat terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap kurang berpihak pada rakyat.


Dalam kesempatan yang sama, Mahfud MD menilai aksi mahasiswa ini sebagai gerakan yang terukur dan memiliki tujuan jelas, yaitu menyadarkan masyarakat akan kondisi yang tengah dihadapi bangsa.


"Aksi 'Indonesia Gelap' gerakan-gerakan yang sportif, terukur, objektif. Untuk menyadarkan kondisi Indonesia ini gelap," tuturnya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa aksi mahasiswa bukan sekadar demonstrasi tanpa arah, tetapi memiliki pesan yang kuat untuk menggugah kesadaran publik.


Mahfud MD juga mengutip pandangan Tokoh Sufi Persia, Jalaluddin Rumi, untuk menggambarkan pentingnya harapan dan semangat dalam menghadapi kegelapan.


"Jalaluddin Rumi itu mengatakan: Jika di sekeliling tanpa geliat gulita, maka lihatlah barangkali dirimu bisa menjadi seberkas sinar kecil yang bisa menerangi," terang Mahfud MD.


Dengan kutipan ini, Mahfud ingin menyampaikan bahwa kegelapan yang melanda bangsa bukanlah sesuatu yang harus diterima begitu saja. Sebaliknya, setiap individu, termasuk mahasiswa, memiliki peran untuk menjadi cahaya kecil yang dapat menerangi kondisi yang gelap.


Eks Menko Polkam itu menilai aksi yang dilakukan mahasiswa sebagai panggilan agar Indonesia yang gelap itu bukan untuk 'dikutuk' tapi untuk disinari.


"Ini adalah sebuah panggilan untuk menjadi cahaya di tengah kegelapan. Kegelapan Indonesia tidak selesai kita kutuk tapi harus kita sinari. Sinari dengan cahaya. Sekarang ini nampaknya Indonesia gelap memang," ucap Mahfud MD. Ia menegaskan bahwa solusi terbaik bukanlah sekadar mengkritik keadaan, tetapi turut berperan dalam mencari jalan keluar dari permasalahan yang ada.


Pernyataan ini semakin memperkuat makna aksi mahasiswa, bahwa yang mereka lakukan bukan sekadar kritik, tetapi juga ajakan untuk bersama-sama mencari solusi.


Dalam analisisnya, Mahfud MD menyebut bahwa mahasiswa Tanah Air tengah mencari arah yang jelas bagi bangsa ini. Ia melihat bahwa aksi 'Indonesia Gelap' adalah bagian dari upaya tersebut.


"Pandangan anak-anak muda membuat aksi itu sebenarnya mencari tahu 'kita semua gelap, ini mau ke mana?' Katanya mau ke sana di lapangan tidak jalan," terang Mahfud MD.


Menurutnya, aksi ini merupakan cara mahasiswa untuk mempertanyakan kejelasan arah yang diambil oleh pemerintah. Banyak kebijakan yang diumumkan, tetapi dalam implementasinya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat, terutama generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa.


"Petanya mau ke mana? Tidak jelas. Lalu muncul 'Indonesia Gelap' untuk kita berkumpul sebagai lilin-lilin kecil yang kalau bersatu menjadi obor yang besar," ungkapnya.


Dengan analogi ini, Mahfud ingin menggambarkan bahwa aksi mahasiswa bukan hanya sebatas protes, tetapi juga merupakan bentuk solidaritas dalam mencari jalan keluar dari berbagai permasalahan yang ada.


Terkait hal itu, Mahfud MD pun menilai teriakan tuntutan aksi mahasiswa tersebut mencerminkan lingkungan kita yang perlu mendapatkan 'cahaya'.


"Jadi intinya teriakan tentang Indonesia Gelap itu mencerminkan lingkungan kita yang perlu cahaya di tengah kegelapan," tandasnya.


Dari berbagai pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa aksi mahasiswa bertajuk 'Indonesia Gelap' bukan hanya sekadar unjuk rasa biasa. Ini adalah cerminan dari kekecewaan yang dirasakan masyarakat terhadap kebijakan yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Namun, lebih dari itu, aksi ini juga merupakan seruan agar setiap individu bisa berkontribusi menjadi bagian dari solusi, bukan hanya mengutuk keadaan.


Mahasiswa sebagai agen perubahan memiliki peran penting dalam mengawal kebijakan pemerintah. Dengan aksi seperti 'Indonesia Gelap', mereka berusaha menyampaikan pesan bahwa masih ada harapan untuk memperbaiki keadaan. Kini, tinggal bagaimana pemerintah menanggapi dan menjawab keresahan yang disuarakan oleh generasi muda dan masyarakat luas. (Tim Liputan).

Editor : Lan

Share:
Komentar

Berita Terkini