Peserta CPNS Gagal Karena Tinggi Kurang 0,5 cm, Kemenkumham Beri Penjelasan

Editor: Redaksi author photo

 Peserta CPNS Gagal Karena Tinggi Kurang 0,5 cm, Kemenkumham Beri Penjelasan

KALBARNEWS.CO.ID (JAKARTA) - 
Sedang ramai diperbincangkan di media sosial mengenai kisah Tri Cahyaningsih, seorang peserta seleksi CPNS asal Boyolali, yang gagal dalam seleksi penerimaan di Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).


Tri, yang sebelumnya meraih skor tertinggi dalam Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) CPNS 2024, harus menerima kenyataan pahit bahwa dirinya tidak lolos dalam tahap tes kesehatan karena tinggi badannya kurang 0,5 cm dari persyaratan yang telah ditetapkan oleh Kemenkumham.


Peristiwa ini menjadi perbincangan luas di masyarakat, terutama di kalangan pejuang CPNS, yang mempertanyakan kebijakan mengenai persyaratan tinggi badan dalam seleksi penerimaan pegawai negeri sipil.


Tri Cahyaningsih bukanlah orang baru dalam seleksi CPNS. Ia sudah pernah mencoba peruntungannya dalam seleksi CPNS tahun 2017, namun juga belum berhasil.


Meski memiliki kesibukan sebagai pekerja pabrik dan seorang ibu, Tri tetap berusaha keras untuk belajar dan mempersiapkan diri menghadapi ujian CPNS.


"Saya belajar saat ada waktu senggang, karena sambil kerja dan mengasuh anak. Sulit sekali mengatur waktu untuk belajar CPNS," ungkapnya saat ditemui usai tes kesehatan di Kemenkumham RI pada Kamis, 20 Februari 2025.


Dengan tekad kuat, ia berhasil melewati tahapan Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) dan mendapatkan nilai tertinggi. Namun, perjuangannya harus terhenti di tahap tes kesehatan karena masalah tinggi badan yang kurang dari syarat yang telah ditentukan.


Meskipun merasa kecewa, Tri mengaku tidak ingin patah semangat. Ia masih memiliki keinginan untuk mencoba kembali di seleksi CPNS mendatang, meskipun ia masih mempertimbangkan apakah akan kembali mencoba di Kemenkumham atau memilih kementerian lain.


Menanggapi perbincangan yang ramai di media sosial terkait kegagalan Tri dalam seleksi CPNS, Sekretaris Jenderal Kemenkumham, Noco Afinta, memberikan penjelasan mengenai pentingnya persyaratan tinggi badan dalam rekrutmen pegawai di Kemenkumham.


Menurutnya, beberapa posisi dalam kementerian, terutama yang berkaitan dengan keamanan dan ketertiban seperti penjaga tahanan, memang memerlukan kualifikasi fisik tertentu agar dapat menjalankan tugasnya secara optimal.


"Pekerjaan yang berkaitan dengan keamanan, contohnya para penjaga tahanan, membutuhkan kondisi fisik tertentu agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik," ujar Nico dalam pernyataan resmi di Jakarta pada Jumat, 21 Februari 2025.


Karena itu, lanjutnya, tinggi dan berat badan menjadi salah satu faktor penting yang diperhatikan dalam seleksi penerimaan CPNS di kementerian ini.


Lebih lanjut, Nico menjelaskan bahwa Kemenkumham terus melakukan evaluasi terhadap sistem seleksi, termasuk kriteria kesehatan yang diterapkan.


Menurutnya, setiap kualifikasi yang ditetapkan bertujuan untuk memastikan bahwa pegawai yang direkrut dapat menjalankan tugasnya dengan maksimal sesuai dengan kebutuhan jabatan yang ada.


"Kami terus melakukan penyesuaian agar CPNS yang diterima benar-benar sesuai dengan kebutuhan jabatan dan dapat bekerja secara optimal," terangnya.


Namun, ia juga menegaskan bahwa aturan mengenai tinggi badan sudah ada sejak lama dan masih dianggap relevan, terutama untuk posisi-posisi yang membutuhkan ketahanan fisik tinggi.


Menanggapi adanya spekulasi mengenai kemungkinan adanya kecurangan dalam seleksi CPNS, terutama dalam tes kesehatan, Nico memastikan bahwa proses seleksi yang dilakukan oleh Kemenkumham berlangsung transparan dan bersih dari praktik kecurangan.


Untuk memastikan keabsahan hasil tes kesehatan, pihaknya bekerja sama dengan rumah sakit pemerintah dalam melakukan pemeriksaan terhadap para peserta.


"Kami pastikan tes kesehatan berjalan tanpa kecurangan karena dilakukan oleh tenaga medis profesional dan independen," tegasnya.


Ia juga menambahkan bahwa semua hasil pemeriksaan kesehatan, termasuk pengukuran tinggi badan, dilakukan dengan alat yang akurat dan hasilnya dapat dipercaya.


"Sehingga hasil tes kesehatan valid dan dapat dipertanggungjawabkan," tandasnya.


Kisah Tri Cahyaningsih menjadi salah satu dari banyak kisah perjuangan para peserta CPNS yang telah berusaha maksimal untuk lolos dalam seleksi penerimaan pegawai negeri.


Meskipun mengalami kegagalan kali ini, harapan tetap terbuka bagi Tri dan peserta lain untuk mencoba kembali di seleksi CPNS berikutnya atau mencari peluang di kementerian lain yang mungkin memiliki persyaratan berbeda.


Ke depan, diharapkan proses seleksi CPNS dapat terus disempurnakan, dengan tetap mempertimbangkan aspek keadilan dan relevansi persyaratan yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan kerja di masing-masing instansi. (Ti Liputan).

Editor : Lan

Share:
Komentar

Berita Terkini