Sinergi Riset, Industri, dan UMKM dalam Mendukung Program Makan Bergizi Gratis
KALBARNEWS.CO.ID (JAKARTA) - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu inisiatif utama pemerintah dalam upaya meningkatkan gizi masyarakat, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, ibu hamil, dan masyarakat prasejahtera. Program ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap individu di Indonesia memiliki akses terhadap makanan sehat dan bergizi guna meningkatkan kualitas hidup serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Namun, dalam implementasinya, program ini masih sangat bergantung pada produk impor, terutama dalam hal alat penyimpanan dan pengolahan makanan. Ketergantungan ini menimbulkan tantangan tersendiri bagi keberlanjutan program, baik dari segi ketersediaan peralatan maupun efisiensi biaya. Oleh karena itu, pemerintah melalui berbagai lembaga terkait mulai berupaya mencari solusi untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan mendorong inovasi lokal.
Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Risbang) Kemendikti Saintek, Fauzan Adziman, menegaskan bahwa hingga saat ini banyak produk yang digunakan dalam program MBG masih berasal dari luar negeri. Menurutnya, upaya riset dan pengembangan dalam negeri harus lebih dioptimalkan untuk mendukung program ini agar lebih mandiri dan tidak terus menerus bergantung pada produk impor.
"Kita berdiskusi bagaimana riset dan pengembangan dapat membantu program makan bergizi gratis. Karena banyak produk yang dipakai di MBG masih produk impor," ujar Fauzan dalam pertemuan di Kantor Kemendikti Saintek, Jakarta, Selasa, 11 Februari 2025.
Dua komponen utama yang biasanya diimpor adalah alat penyimpanan makanan dan peralatan pengolahan makanan. Tanpa adanya substitusi produk dalam negeri, program ini berisiko mengalami kendala dalam pasokan dan peningkatan biaya yang signifikan jika harga barang impor naik atau terjadi gangguan rantai pasokan global. Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah mulai mengidentifikasi komponen dari mesin dan alat dapur yang dapat dikembangkan secara lokal.
Fauzan menekankan bahwa riset dan pengembangan harus mampu membangun ekosistem yang memungkinkan perguruan tinggi dan UMKM berkolaborasi dalam menciptakan produk-produk lokal yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan program MBG. Dengan demikian, program ini dapat berjalan secara lebih efisien dan berkelanjutan dalam jangka panjang.
Dua Pilar Utama dalam Kebijakan Riset dan Pengembangan
Untuk mendukung substitusi impor dalam program MBG dan sektor lainnya, kebijakan riset dan pengembangan di Indonesia berfokus pada dua pilar utama:
Peningkatan Kualitas Publikasi Ilmiah
Indonesia telah mengalami peningkatan jumlah publikasi ilmiah dalam beberapa tahun terakhir. Namun, kualitas dan dampaknya dalam dunia akademik serta industri masih perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong riset yang tidak hanya menghasilkan publikasi berkualitas tinggi tetapi juga memiliki aplikasi nyata yang dapat diterapkan dalam berbagai sektor, termasuk industri pangan dan alat pengolahan makanan.
Hilirisasi Produk dan Industri Bernilai Tinggi
Pilar kedua bertujuan untuk mengembangkan produk dan industri yang memiliki nilai tambah tinggi melalui riset dan inovasi. Ini termasuk pengembangan teknologi pangan dan peralatan yang dapat mendukung program MBG. Dengan adanya hilirisasi riset, hasil penelitian dapat diimplementasikan dalam dunia usaha dan industri sehingga memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat luas.
Fauzan menyoroti bahwa Indonesia masih sangat bergantung pada industri dagang dan impor produk luar negeri. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah berupaya mendorong hilirisasi riset yang memungkinkan penggantian produk impor dengan produk lokal yang telah dipatenkan dan dikembangkan oleh universitas dan institusi riset nasional.
"Salah satu yang menjadi tujuan dari pengembangan pilar kedua ini adalah mengurangi impor atau mensubstitusi impor dengan produk-produk buatan kita yang paten-patennya. Mudah-mudahan, betul-betul bisa dimanfaatkan dan dikembangkan oleh kampus-kampus," ujarnya.
Kemitraan antara dunia riset, industri, dan masyarakat menjadi faktor kunci dalam menjadikan hasil penelitian lebih aplikatif dan bermanfaat bagi masyarakat. Direktorat Kemitraan Riset dan Inovasi saat ini bekerja untuk menghubungkan penelitian dengan industri serta komunitas agar hasil riset dapat diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di lapangan.
"Setelah terjalinnya kemitraan, kita ingin ujungnya adalah pengabdian kepada masyarakat. Jadi produk-produk kita bisa menyelesaikan masalah-masalah di masyarakat," jelas Fauzan.
Sebagai bagian dari inisiatif ini, pemerintah juga bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Pangan dalam membantu logistik program MBG. Selain itu, perguruan tinggi akan berperan lebih aktif dalam pengembangan pertanian guna memastikan ketersediaan pangan yang memadai untuk mendukung program ini.
"Jadi fungsi dari kampus adalah meningkatkan pendampingan, baik di bidang pertanian maupun perkebunan, sehingga solusi yang dibuat secara lokal bisa mengatasi masalah distribusi di desa-desa," tambahnya.
Kemendikti Saintek telah menjajaki kerja sama dengan Sekretariat Wakil Presiden dalam upaya melakukan industrialisasi desa. Salah satu fokus riset dalam program ini adalah pengembangan alat penyimpanan dan pengolahan makanan untuk mendukung MBG.
"Jadi di industrialisasi desa ini, karena dari program MBG ini kan sebetulnya membutuhkan alat-alat untuk penyimpanan makanan dan juga pengolahan makanan. Ini juga sangat penting karena biasanya alat-alat ini kita supply dari luar negeri," kata Fauzan.
Untuk mempercepat inovasi ini, pemerintah juga akan mendorong perguruan tinggi vokasi agar lebih aktif berkontribusi dalam program MBG. Perguruan tinggi vokasi diharapkan dapat menjalin kerja sama dengan UMKM dalam membantu memasok kebutuhan program, sekaligus meningkatkan kapasitas produksi dan inovasi produk lokal.
"Jadi supaya bisa dikembangkan kerja sama antara perguruan tinggi, perguruan tinggi vokasi dengan UMKM," ucapnya tegas.
Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, diharapkan program Makan Bergizi Gratis dapat terus berkembang dan lebih mandiri, sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh lebih banyak masyarakat tanpa terlalu bergantung pada produk impor. Keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada penyediaan makanan bergizi, tetapi juga pada inovasi teknologi yang mendukung penyimpanan, pengolahan, dan distribusi pangan secara efisien dan berkelanjutan. (Tim Liputan).
Editor : Lan