Indonesia Bisa Membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Pertamanya
Desain modular akan memungkinkan operator proyek untuk membongkar dan mengganti reaktor setiap delapan tahun, yang akan memberikan keamanan tambahan. Operator berencana untuk mengoperasikan kapasitas 500 MW sebelum tahun 2032.
PLTN pertama dalam sejarah Indonesia dapat menjadi awal dari serangkaian proyek pembangunan nuklir besar: pemerintah Indonesia berencana untuk meluncurkan 54 GW PLTN di seluruh negeri pada tahun 2060, yang sebanding dengan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas Indonesia saat ini (72 GW) yang mencakup hampir 80% dari output listrik domestik.
Permintaan listrik di Indonesia tumbuh lebih dari 90% dari tahun 2010 hingga 2023, mencapai 351 terawatt jam (TWh), yang sepadan dengan konsumsi listrik tahunan Turki. Hal ini sebagian besar menjelaskan mengapa Indonesia telah menjadi salah satu pemimpin dunia dalam pembangkit listrik tenaga batu bara selama beberapa tahun terakhir.
Menurut Global Energy Monitor, kapasitas TPP bertenaga batu bara yang diluncurkan di Indonesia antara tahun 2020 dan 2024 berjumlah 20,2 GW, hampir sama dengan di India (22,1 GW).
Namun, hal ini telah menyebabkan peningkatan emisi yang signifikan: Energy Institute melaporkan bahwa emisi gas rumah kaca Indonesia meningkat rata-rata 4,8% per tahun antara tahun 2013 dan 2023, jauh lebih cepat daripada di wilayah Asia Selatan dan Timur lainnya (2% per tahun).
Akibatnya, permintaan akan solusi energi bersih di Indonesia terus meningkat. Menurut IRENA, total 4,7 GW energi terbarukan telah beroperasi di negara ini antara tahun 2014 dan 2023, dengan volume pembangkitan rendah karbon meningkat dari 34 TWh menjadi 65 TWh. (Tim Liputan)
editor : Aan