Titiek Puspa Meninggal Dunia, Sang Putri: Beliau Sudah Siap Dipanggil Tuhan
KALBARNEWS.CO.ID (JAKARTA) - Kabar duka datang dari dunia seni dan hiburan Tanah Air. Tokoh seniman legendaris Indonesia, Titiek Puspa, meninggal dunia pada usia 87 tahun setelah menjalani perawatan intensif akibat pendarahan otak. Titiek menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Medistra, Jakarta, pada Kamis, 10 April 2025, pukul 16.25 WIB. Kepergian beliau menjadi kehilangan besar bagi dunia seni Indonesia, mengingat kontribusinya yang begitu panjang dan mendalam di berbagai bidang, mulai dari tarik suara, pencipta lagu, hingga seni pertunjukan.
Titiek Puspa, yang memiliki nama asli Sudarwati dan dikenal juga sebagai Nyonya Mus Mualim, merupakan salah satu sosok penting dalam sejarah musik dan hiburan di Indonesia. Lebih dari enam dekade, ia telah memberikan warna dalam industri musik nasional dengan karya-karya yang sarat makna dan pengaruh positif terhadap masyarakat.
Putri sulung almarhumah, Petty Tunjungsari, dalam pernyataannya kepada awak media di rumah duka di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, mengungkapkan bahwa ibundanya telah menunjukkan tanda-tanda keikhlasan untuk pergi jauh sebelum ajal menjemput. Menurut Petty, sang ibunda sering mengucapkan kalimat dalam bahasa Jawa yang menggambarkan kepasrahannya kepada kehendak Tuhan.
"Tapi memang beliau itu kepada saya dan adik saya, Ella, sudah sering mengatakan bahwa kalau bahasa Jawa: ‘Gusti Allah, monggo kulo dipundut’ (Ya Allah, aku siap dipanggil). Jadi dari kalimat itu kami tahu, beliau sudah sangat siap dan pasrah," ungkap Petty.
Petty juga mengenang sosok ibundanya sebagai pribadi yang selalu berusaha memberi manfaat bagi orang lain. Selama hidupnya, Titiek Puspa dikenal sebagai seseorang yang memiliki jiwa sosial tinggi, semangat berkarya yang luar biasa, dan terus aktif bahkan di usia senja.
"Karena sepanjang sepengetahuan saya, 65 tahun belajar jadi anak Titiek Puspa, beliau adalah orang yang harus dirinya bermanfaat bagi sesama," kenangnya.
Menurut Petty, prinsip hidup ibundanya itu begitu kuat, sampai ketika beliau merasa tidak lagi mampu memberikan manfaat bagi orang lain, beliau memilih untuk berserah diri sepenuhnya kepada Sang Pencipta.
"Jadi ketika dia merasa sudah tidak bisa (bermanfaat) lagi, dia memang menyerahkan diri kepada Sang Penentu," ujar Petty dengan nada penuh haru.
Di sisi lain, Petty mengungkapkan bahwa keluarga telah menyiapkan diri secara emosional jauh hari sebelum kepergian sang ibunda. Hal itu, menurutnya, merupakan bentuk permintaan dari Titiek Puspa sendiri, agar keluarga bisa menerima dengan lapang dada saat waktunya tiba.
"Jadi kalau dibilang kami, anak-anaknya, sudah dikondisikan. Beliau yang menginginkan itu. Bahkan tiga tahun, dua tahun, dan setahun sebelumnya, keponakan-keponakannya juga sudah mengerti dan dipersiapkan untuk saat seperti ini," jelasnya.
Pernyataan Petty menggambarkan bahwa kepergian Titiek Puspa bukan hanya sebuah kehilangan, namun juga sebuah pelajaran besar tentang kesiapan, keikhlasan, dan dedikasi seorang ibu, seniman, dan manusia seutuhnya. Titiek Puspa tak hanya meninggalkan karya, tetapi juga meninggalkan nilai-nilai hidup yang akan selalu dikenang oleh keluarga, sahabat, dan masyarakat luas.
Hingga saat ini, rumah duka masih dipenuhi oleh pelayat dari berbagai kalangan, termasuk tokoh-tokoh seni, kerabat dekat, dan penggemar yang ingin memberikan penghormatan terakhir kepada almarhumah. Jenazah rencananya akan dimakamkan pada hari Jumat, 11 April 2025, di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Selamat jalan, Titiek Puspa. Karyamu abadi, dan semangat hidupmu akan selalu menjadi inspirasi bagi generasi bangsa. (Tim Liputan).
Editor : Lan